Lihat ke Halaman Asli

'1 Desember' Bukan Hari Keramat

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14174138731458477758

[caption id="attachment_379655" align="aligncenter" width="563" caption="ilustrasi: travelplusindonesia.blogspot.com"][/caption]

Jangan jadikan '1 Desember' sebagai tradisi untuk menakut-nakuti masyarakat Papua.  Begitulah pesan Gubernur Papua, Lukas Enembe, terkait adanya kekhawatiran berlebihan dari sejumlah kalangan. Pesan Pak Gubernur ini tidak lahir tanpa sebab, mengingat setiap tahun menjelang 1 Desember berbagai isu merebak di kalangan masyarakat Papua yang dikait-kaitkan dengan kerawanan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) di Papua.

Tahun ini pun beragam isu telah merebak sejak sepekan terakhir ini, hingga suasana kamtibmas seolah-olah mencekam, walaupun aktivitas masyarakat di Papua terlihat berjalan normal sebagaimana biasa. Memang, sebagian warga Papua masih merayakan 1 Desember sebagai momentum berdirinya gerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) dengan berbagai acara, seperti kegiatan ibadah dan kegiatan lainnya yang bernuansa syukuran.

Namun masih juga ada sejumlah kelompok aktivis yang merayakannya dengan cara berunjuk rasa yang didalamnya ikut mengusung seruan berbau separatisme, yakni menuntut referendum ulang guna menentukan status politik wilayah Papua. Karena bagi mereka, integrasi Papua ke dalam NKRI belum final kendati secara legal sudah ada PEPERA (penentuan pendapat rakyat) dan hasil PEPERA itu sudah dikukuhkan dengan Resolusi PBB No. 2504 yang dihasilkan melalui Sidang Majelis Umum ke-XXIV tanggal 19 November 1969.

Aksi-aksi unjuk rasa 1 Desember beberapa tahun silam pernah menimbulkan korban tewas. Namun beberapa tahun terakhir ini, aksi unjuk rasa sudah lebih terkendali lantaran aparat keamanan bersikap lebih persuasif, mengakomodasi hak warga untuk berekspresi dalam aksi damai. Namun jika aksi berubah anarkistis, aparat pun tidak bisa mentolerir lagi. Sanksi hukum diberlakukan secara tegas kepada siapa saja yang bikin onar, tanpa pandang bulu.

Apalagi di awal bulan Desember ini sebagian jemaat gereja sudah mulai menyambut Natal. Mestinya sepanjang bulan Desember dijadikan momentum kegembiraan bagi semua orang Kristiani, termasuk warga Papua yang sebagian besar akan merayakan rakyat Natal.

“Begitu kita memasuki bulan Desember, kita di Papua harus merayakan dengan penuh gembira. Rakyat Papua mengarahkan aktivitas mereka untuk menyambut sukacita Natal dan pergantian tahun. Jadi, tidak boleh lagi ada ketakutan-ketakutan,” pesan Gubernur Enembe sebagaimana dirilis Antaranews, Kamis pekan lalu. http://www.antaranews.com/berita/466560/jangan-jadikan-1-desember-hari-keramat-papua

Sejalan dengan harapan Gubernur Lukas Enembe, para aktivis Papua juga mengimbau hal yang sama. Bahkan secara tegas  pimpinan Komite Nasional Papua Barat (KNPB) yang biasanya getol mengkampanyekan tuntutan referendum ulang di Tanah Papua meminta seluruh anggotanya untuk tidak mengibarkan bendera bintang kejora pada momentum 1 Desember hari ini.  http://tabloidjubi.com/2014/11/29/knpb-1-desember-bendera-bintang-kejora-tak-berkibar/

Semoga hari, 1 Desember 2014 dapat berlalu tanpa insiden yang membuat warga Papua terganggu kenyamanannya, apalagi terluka.  Karena sudah lama para tokoh agama dan tokoh adat di Papua mengidamkan agar wilayah mereka menjadi zona damai. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline