[caption id="attachment_196261" align="aligncenter" width="300" caption="Logo Persipro & Persipro Bondowoso United"][/caption]
Persipro secara historis didirikan pada 11 Aprill 1954 di Probolinggo, Jawa Timur. Pada musim 2011-2012, secara resmi Persipro Probolinggo Bergabung dengan Bondowoso United. Rencana Penggabungan ini akhirnya menghasilkan tim baru dengan nama Persipro Bondowoso United.
Merger dari dua klub asal Probolinggo dan Bondowoso ini didasari atas dua hal. Pertama, Kesulitan Keuangan karena larangan penggunaan APBD. Kedua, adanya tawaran dari pihak manajemen Bondowoso United untuk bergabung. Manajer Bondowoso United, Syaiful Bahri Husni menjanjikan adanya dana untuk menopang klub hasil merger. Pada 12 November 2011, MoU penggabungan klub ditandatangani. Dalam perjalanannya, Syaiful Bahri Husni ternyata mengelola klub dengan tidak transparan. Masalah gaji pemain yang belum dibayar, uang muka kontrak sebesar 25 persen yang belum lunas hingga "habisnya" uang kompetisi Rp 500 juta dari PT LPIS sampai kini tidak bisa diselesaikan oleh Persipro karena Syaiful Bahri Husni, yang juga anggota DPRD Bondowoso dari PKNU kini telah kabur melarikan diri. Jadi masalahnya bukan terletak pada PSSI maupun PT LPIS. Namun pada manajer klub yang mengelola keuangan klub secara tidak profesional dan transparan.
[caption id="attachment_196262" align="aligncenter" width="300" caption="PERSIPRO 2011/2012 GRUP 3"]
[/caption] Klub kecil seperti Persipro ini tidak bisa berkembang karena minimnya pemberitaan seputar perkembangan klub. Keberhasilan Persipro menahan PSIM dengan skor 0-0 pada pertandingan 18 Desember 2009 misalnya tidak mendapat pemberitaan yang cukup. Padahal pada pertandingan itu, persipro hanya bermain dengan 10 pemain. Soal pemain asing di Persipro, keberadaan mereka sebenarnya baru muncul saat Persipro dimerger dengan Bondowoso United. Kebijakan ini diambil atas dorongan dari Syaiful Bahri Husni sebagai manajer Persipro Bondowoso United. Yang patut disayangkan adalah, media massa ternyata hanya sibuk membahas 3 orang pemain asing Persipro yang "mengemis". Padahal, dengan gaya pemberitaan semacam ini, Persipro dan 3 pemain asingnya, hingga saat ini sama sekali tidak mendapatkan bantuan finansial apapun. Meskipun APPI secara cerdas ikut-ikutan memanfaatkan momen ini dengan menjual kaos "Deritamu, Deritaku", hingga tulisan ini dibuat tidak ada kabar kelanjutannya. Padahal APPI menyatakan di situs resminya bahwa nantinya hasil penjualan kaos ini diperuntukkan bagi pesepakbola yang membutuhkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H