Lihat ke Halaman Asli

Konvensi PD dan Capres Alternatif

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Skenario Partai Demokrat menetapkan kebijakan politik menghadapi pilpres 9 Juli di masa-masa mendekati pendaftaran capres-cawapres mungkin bergeser. Partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono itu mulai membuka ruang untuk kemungkinan mempercepat penetapan arah koalisi sekaligus penetapan capres-cawapres yang bakal diusung.

Partai Demokrat sementara melaksanakan konvensi untuk menjaring calon presiden (capres) yang akan bertarung dalam Pilpres 2014. 11 peserta konvensi antara lain: Ali Masykur Musa. Anies Rasyid Baswedan, Dahlan Iskan, Dino Patti Djalal, Endriartono Sutarto, Gita Irawan Wirjawan, Hayono Isman, Irman Gusman, Marzuki Alie, Pramono Edhie Wibowo, Sinyo Harry Sarundajang.

Satu sisi (tanggapan umum) bahwa konvensi Partai Demokrat ini bisa diterima sebagai langkah baik dan cerdas bagi perjalanan panjang Demokrasi Indonesia (sedikit beda dengan apa yang ditunjukkan Partai Golkar, yang awalnya mengadakan konvensi, namun saat ini Partai Golkar yang dikomandoi Aburizal Bakrie tidak lagi ada istilah konvensi, artinya menunjukkan penomena mundur dalam berdemokrasi). Begitu pula partai-partai lain tidak ada yang mengadakan konvensi.

Upaya partai Demokrat membuat poros baru merupakan hal yang menarik untuk dicermati dan menjadi ancaman bagi partai koalisi lainnya. Hasil Konvensi Capres Partai Demokrat dapat menentukan arah koalisi dan memberikan arti proses pemilihan pemimpin secara demokratis dan bukan hanya mandat dari ketua umum partai.

Konvensi Partai Demokrat sebagai proses seleksi calon pemimpin sangat bagus dibandingkan model kecenderungan umum partai yang mengangkat ketua umumnya sbagai capres. Karena itu, konvensi harus segera diumumkan hasilnya mengingat pilpres makin dekat.

Terkait siapa yang akan memenangi konvensi Demokrat, tentu akan dilihat dari perkembangan dan kebijakan dari Partai Demokrat untuk menentukan siapa yang akan menjadi capres atau cawapres ketika harus berkoalisi dengan parti lain.

PD Usung Capres

Di tengah guncangan yang terus menerus menghantam Partai Demokrat (PD). Partai biru yang berlambang mercy itu, hingga ditasbihkan elektablitasnya, oleh beberapa lembaga survey, kian mendekati pemilu presiden menuju 2014.

Setidaknya, konvensi capres yang dihembuskan oleh para elit politik, menjadi “angin segar”. Dimana Partai Demokrat (PD) masih tersimpan sejuta asa, akan mengulangi masa gemilangnya, dua priode pemilu sebelumnya secara beruntun (2004 & 2009).

Fenomena mencari capres alternatif merupakan gejala yang patut disikapi sekaligus menjadi “lampu merah”. Yakni fungsi kaderisasi partai politik pada intinya tidak berjalan. Berbeda halnya di AS misalnya, Partai Republik melakukan konvensi tanpa melibatkan orang luar partainya.

Di Partai Demokrat tujuan konvensi seolah-olah, baru mencari calon alternatif, tetapi di AS tinggal memperkenalkan calon yang sudah mumpuni. Bagaimana tidak, jalan untuk kembali mendorong SBY sebagai Capres sudah terganjal atau “diringkus” oleh konstitusi.

Sangat menarik kalau melihat pendapat  Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Philips J Vermonte  yang mengatakan bahwa, saat ini adalah momentum Partai Demokrat membuat poros baru. Poros baru ini diharapkan bisa memberikan calon presiden "kejutan" yang menjadi alternatif dari kejenuhan publik akan dua sosok capres yang mengerucut saat ini, yaitu Joko Widodo (Jokowi) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Prabowo Subianto dari Partai Gerindra.

Saat ini perhatian publik dan media sangat terfokus kepada sosok Jokowi dan Prabowo. Elektabilitas Jokowi lama-lama pun stagnan sehingga bisa cenderung turun. Sementara itu, elektabilitas Prabowo meningkat tetapi perlahan. Dari kondisi ini Partai Demokrat memiliki peluang mengajukan nama baru.

Capres Alternatif

Wacana capres alternatif yang dilontarkan beberapa pihak. Menurut saya, wacana ini perlu diapresiasi dan didorong agar bisa terwujud. Ya, agar rakyat semakin banyak pilihan di pilpres nanti. Hadirnya sosok baru yang terbebas dari kelompok-kelompok lama dan bisa menjadi sosok alternatif.

Lalu, mungkinkah hal ini terjadi?. Walaupun kecil, apa yang tidak mungkin dalam dunia politik?. Menurut para politisi, politik selalu berubah setiap detiknya. Tak ada yang pasti di dalam politik. Namun, semua harapan itu masih harus bergantung pada sikap parta-partai yang sampai saat ini belum semua menentukan sikap di pilpres 2014.

Berdasarkan data yang saya kumpulkan. Saat ini, partai yang masih tersisa dan belum menentukan sikap di pilpres hanya tersisa beberapa partai lagi. Diantaranya, Partai Demokrat, Partai Bulan Bintang, Partai Amanat Nasional dan Partai Keadilan Sejahtera. Sementara Partai Hanura dan Partai Kebangkitan Bangsa meskipun belum menentukan sikap. Tapi belakangan terlihat cenderung lebih menjatuhkan pilihan pada Prabowo dan Jokowi.

Yang menjadi pertanyaaan kemudian. Apakah setelah adanya capres alternatif, sang capres mampu membalikan keadaan dan mengalahkan dua kandidat tersebut dalam waktu yang singkat?. Sekali lagi saya tegaskan, apa yang tidak mungkin dalam dunia politik ?.

Fakta mengatakan, ada banyak kemenangan yang diraih oleh kandidat yang sama sekali tidak diperhitungkan. Baik yang terjadi di dalam negeri, maupun yang terjadi berbagai belahan dunia lain. Tentu saja kondisi objektif disetiap peristiwa kemenangan yang terjadi sangat berbeda. Jadi, taktik kemenangan yang terjadi di tempat lain, tidak bisa ditelan mentah-mentah kemudian diterapkan di pilpres saat ini.

Menurut hemat saya, partai-partai yang masih tersisa jangan melempar handuk sebelum bertanding. Walaupun dalam setiap pertandingan selalu ada hitung-hitungan yang menjadi landasan sikap. Ini politik. Untuk ketiga kalinya saya katakan, apa yang tidak mungkin dalam dunia politik?.

Semoga saja kemenangan Nestor Kirchner di Argentina, Barack Obama di AS dan Jokowi-Ahok di Pilkada DKI Jakarta bisa kembali terulang di pilpres 2014. Kemenangan yang diraih ditengah situasi yang tidak menguntungkan. Diwaktu yang pendek dan diprediksi kalah oleh berbagai kalangan, termasuk lembagga survey.

Kini publik hanya bisa menunggu. Semua keputusan ada ditangan partai politik. Semoga ada kejutan beberapa hari kedepan. Kejutan yang membawa kebajikan untuk indonesia yang adil, makmur dan sejahtera.(**)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline