Verdi Yudha Pratama
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga
PENDAHULUAN
Perkembangan alat komunikasi seperti handphone yang didalamnya terdapat sosial media adalah penyebab maraknya budaya asing di Indonesia. Masyarakat dapat mengakses budaya asing lebih encer dibandingkan kearifan budaya lokal. Hal ini terjadi karena masyarakat menggunakan alat komunikasi lebih banyak dibandingkan mengeksplorasi budaya bangsa sendiri (Noval Aris dkk. 2023). Low Profile Kearifan lokal Indonesia di media sosial merupakan salah satu penyebab kurang tereksplorasinya budaya lokal di mata masyarakat. Untuk meningkatkan penggunaan media sosial agar kearifan lokal lestari dapat meningkatkan pendidikan.
Pendidikan merupakan sebuah ikhtiar yang terstruktur guna membentuk lingkungan dan tahap kegiatan belajar mengajar siswa dan siswi sehingga dapat memiliki kemahiran di segala bidang. Bidang-bidang tersebut ialah rohani, emosi, sikap, akhlak, maupun keahlian yang dapat memberikan kebermanfaatannya kepada masyarakat (Abd Rohma BP dkk. 2022). Pendidikan semestinya dapat menjadi tameng dalam maraknya budaya asing yang mengakibatkan kearifan lokal tergerus, karena pada dasarnya pendidikan adalah jalan satu-satunya yang terstruktur dalam mengembangkan sumber daya manusia. Salah satu sistem pendidikan yang dapat diterapkan guna meningkatkan kearifan lokal yakni Inovasi Sekolah Adat.
Sekolah adat merupakan sekolah yang menerapkan pembelajaran kearifan lokal. Masyarakat dapat mengembangkan profil mereka serta mengembangkan bidang-bidang kebudayaannya. Masyarakat juga dapat mengembangkan kebudayaan sumber daya alam dan kebudayaan rohaninya sehingga budaya tersebut dapat terekspos di mata internasional (Hendrio H. Manik. 2024). Peningkatan profil di sosial media merupakan langkah percepatan pemulihan budaya lokal. Dengan maraknya sekolah adat yang menerapkan sistem digital dalam pembangunan kebudayaannya lambat laun pasti kebudayaan atau kearifan lokal dapat diterima secara masif oleh masyarakat.
PEMBAHASAN
Pendidikan informal merupakan penentu arah kearifan lokal. Pendidikan informal berbasis budaya adalah pendidikan kearifan lokal di lingkungan keluarga. Keluarga menjadi tameng utama dalam pelestarian kebudayaan lokal di masyarakat. Keluarga dapat mempengaruhi secara besar untuk kelestarian kearifan lokal, karena hanya keluarga yang bisa melanjutkan warisan kebudayaan. Keluarga melaksanakan kearifan lokal tersebut setiap masa, karena orang tua dan anak bertemu atau berkomunikasi setiap saat (Ihffah Patimah dkk. 2020). Keluarga diharapkan tidak tergerus dalam arus modernisasi. Keluarga dapat mengawasi dengan menyaring prilaku kebudayaan anak-anaknya. Sehingga kolaborasi sekolah informal dalam hal ini keluarga dengan sekolah adat dapat terlaksana secara maksimal.
Kolaborasi sekolah adat dengan keluarga sudah terlaksana di Kabupaten Banyuwangi. Gebrakan sekolah adat di Kabupaten Banyuwangi diberi nama Sekolah Adat Pesinauan. Gebrakan inovasi ini terletak pada Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi. Pendidikan dalam instansi ini memilki semangat memarakan budaya Suku Osing kepada para Generasi Z maupun Generasi Alpha untuk selalu senantiasa meningkatkan kesadaran kelestarian budaya Osing. Generasi Z dan Generasi Alpha diajarkan secara masif tentang kearifan lokal di Sekolah Adat Pesinauan tersebut ( Amirul W.R.W.Z. & Bagus P. 2021). Dengan adanya sekolah adat tersebut, diharapkan masyarakat dapat memodernisasi kearifan lokal. Artinya kebudayaan lokal dapat bersanding dengan budaya asing serta dapat menjadi kebudayaan internasional.
Agar arus modernisasi tidak menggerus kearifan lokal, media sosial dapat membantu budaya kearifan lokal untuk terus berkembang sehingga menjadi budaya internasional. Media sosial memiliki peranan yang sangat penting, karena media sosial berfungsi sebagai penyambung mata budaya (Laila Hayati, Putra Pratama Saputra, Yulia, Tiara R. 2022). Dengan melihat bahwa masyarakat lebih cenderung melihat media sosialnya dibandingkan mengeksplore kearifan lokalnya. Pengembangan media sosial menjadi salah satu langkah yang sangat strategis untuk menginternasionalisai kearifan lokal.
KESIMPULAN