Cinta kasih Kristus yang menggerakkan persaudaraan(1 Petrus 1:22).
Pendahuluan:
Sejak kejatuhannya, manusia telah terpisah dengan Allah (kehilangan kemuliaan Allah). Manusia yang tadinya dapat berkomunikasi secara bebas dengan Allah (bdk. Kej. 1:29; 2:16) telah terisolir dan terpisah dengan Allah (bdk. Kej. 3:24). Dosa Adam dan Hawa telah merusak seluruh ciptaan baik Allah, sehingga ciptaan menjadi rusak dan terkontaminasi oleh dosa (Rm. 3:23).
Tetapi Allah yang berdaulat, tidak membiarkan ciptaan-Nya terus menerus dalam kerusakan tanpa pemulihan. Itulah sebabnya, kemudian Allah memilih Abraham serta keturunannya untuk menjadi berkat bagi banyak bangsa (bdk. Kej. 12:2). Hal ini Allah kerjakan untuk mewujudkan janji dari perjanjian penebusan 'covenant of redemtion' melalui keturunan perempuan (Kej. 3:15).
Penggenapan dari janji tersebut Allah wujudkan melalui keturunan raja Daud (bdk. Mat. 1:1). Kitab Injil menunjukkan secara jelas mengenai penggenapan janji tersebut melalui kelahiran seorang anak yang akan menjadi bukti dari penyertaan Allah 'Immanuel' (Mat. 1:23; Yes. 7:14). Ia akan dinamakan Yesus "...karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka (Mat. 1:21)." Yesus inilah yang disebut Kristus (Mat. 1:16, 18; 27:17; Mrk. 1:1; Luk. 2:11; Yoh. 1:17). Yesus lahir sebagai bukti dari pribadi Allah yang adalah kasih "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16)."
Kelahiran Yesus Kristus menjadi seremonial yang terus menerus diperingati oleh orang Kristen dan menjadi identitas dari iman Kristiani. Natal tahun 25 Desember 2021 memiliki tema: "Cinta kasih Kristus yang menggerakkan persaudaraan (bdk. 1 Ptr. 1:22). Yang menjadi pertanyaan: Mengapa cinta kasih Kristus sanggup menggerakkan persaudaraan? Ada tiga (3) hal yang patut kita pahami dan renungkan dari alasan mengapa cinta dan kasih Kristus sanggup menggerakkan persaudaraan.
Pertama, kasih Kristus memberi teladan. Kelahiran Yesus Kristus ialah bukti dari kasih Allah akan manusia. Allah yang adalah pribadi yang Mahatahu akan segala sesuatu, mengetahui bahwa manusia tidak mungkin mencapai Allah. Oleh sebab itu, Allah sendiri yang berinisiatif untuk mendatangi manusia melalui kelahiran-Nya sebagai manusia (bdk. Flp 2:7). Hal ini dikonfirmasi dari frasa yang mengatakan "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini... (Yoh. 3:16)." Secara hurufiah, frasa ini dapat diartikan bahwa Allah begitu mengasihi manusia, sehingga Ia bahkan merelakan Anak-Nya yang Tunggal itu, yang dikasihi-Nya. Di dalam Yesus Kristus, Allah telah memberi teladan tentang kasih itu. Dimana kasih itu: "sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri, tidak sombong dan sebagainya (1 Kor. 13:4-7)." Kasih juga rela berkorban, dan itulah yang Allah tunjukkan dalam Kristus Yesus, dimana Ia mengorbankan hidup-Nya, supaya kita yang percaya menjadi hidup oleh hidup-Nya. Kasih inilah yang kiranya diteladani oleh orang-orang percaya, bahkan di masa sulit saat ini akibat pandemi Covid-19. Kiranya teladan cinta kasih Kristus yang telah lahir itu, menghidupi kehidupan orang-orang percaya.
Kedua, melalui cinta kasih Kristus yang telah memilih itu, memampukan untuk mengamalkan kasih persaudaraan. Nats 1 Petrus 1:22 mengatakan bahwa orang-orang pendatang (penerima) telah menyucikan diri mereka melalui ketaatan kepada kebenaran. Dalam hal ini, Petrus menunjukkan di ayat sebelumnya bahwa ketaatan tersebut merupakan buah dari pekerjaan Roh (1:2). Hal ini jelas menunjukkan bahwa orang-orang pendatang itu adalah orang-orang yang dipilih oleh Allah, kemudian dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Kristus. Artinya, ketaatan mereka ialah ketaatan yang dikaruniakan Allah melalui pengudusan oleh Roh. Oleh sebab itu, ketika mereka dikuduskan oleh Roh, mereka mampu untuk taat kepada Kristus, sehingga melalui ketaatan tersebut mereka mampu untuk mengamalkan kasih persaudaraan (ayat 22). Artinya, cinta kasih Allah yang telah memilih merekalah yang membuat mereka mampu untuk mengamalkan kasih itu. Tanpa cinta kasih Kristus, mereka tidak akan mampu mengamalkan kasih persaudaraan.
Frasa tersebut di atas, tidak hanya berlaku atas orang-orang pendatang, tetapi untuk orang-orang percaya atau Gereja masa kini. Sebab geraja adalah orang-orang yang dipilih dari kegelapan menuju terang Tuhan yang ajaib. Oleh sebab itu, orang percaya perlu untuk menyadari cinta kasih yang Allah telah anugerahkan dalam Kristus Yesus, sehingga cinta kasih itu akan memampukan orang percaya untuk mengamalkan kasih persaudaraan.
Ketiga, sebagaimana Kristus telah mengasihi, demikianlah orang-orang pilihan saling mengasihi. Kegerakkan kasih itu bukan oleh manusia, tetapi oleh Allah, sehingga kasih itu tidak akan dilakukan dengan pura-pura. Fondasi dari pengamalan kasih persaudaraan ialah kasih Allah sendiri. Kasih Allah yang dimaksudkan disini ialah agape '', yakni kasih yang tidak menuntut balas. Yesus yang lahir adalah realitas kasih Allah yang agape itu, sebab Yesus lahir bukan oleh permintaan manusia, tetapi murni dari kasih Allah. Oleh sebab itu, kasih itu tidak akan mungkin dapat terbalaskan oleh tindakan manusia. Dengan demikian, ketika orang-orang pilihan mengasihi, maka kasih itu diamalkan bukan dengan tujuan untuk beroleh berkat dari Allah, tetapi sebagai ucapan syukur terhadap kasih Allah yang begitu besar itu. Jadi, kasih persaudaraan ditunjukkan tidak untuk dibalaskan, tetapi dengan sungguh-sungguh dan tulus ikhlas. Dengan kata lain, cinta kasih Kristuslah yang menajadi motor (penggerak) dari kasih persaudaraan, "...sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi (Yoh. 13:34)."
Aplikasinya: sebagai respon kita terhadap cinta kasih Kristus yang telah lahir untuk kita, hendaklah kita mengamalkan hal-hal berikut dalam menghidupi kelahiran Juruselamat kita atau Natal. Pertama: kasihilah saudara dan saudari kita, sekalipun di masa sulit akibat pandemi Covid-19 saat ini. Kedua, tetaplah mengasihi saudara-saudari kita, sekalipun kasih yang kita berikan tidak diindahkan. Ketiga, kasihilah saudara dan saudari kita dengan kasih yang tulus ikhlas, seperti Kristus yang telah mengasihi kita melalui kelahirannya untuk menebus dosa-dosa kita (Mat. 1:21). Akhirnya, marilah kita mengasihi sebagaimana Allah telah terlebih dahulu mengasihi kita. Kasih tidak hanya diwujudkan dalam bentuk materi, tetapi juga dapat diwujudkan dalam bentuk rohani. Jika kamu tidak memiliki uang atau barang untuk mengasihi, maka bagikan kasih Allah yang telah kamu terima melalui pemberitaan Injil kasih karunia itu. Amalkan kasih itu melalui kesediaan untuk mendorong, memotivasi, menyadarkan dan mengingatkan saudara dan saudari kita akan kasih Allah yang telah lahir untuk kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H