Aku terkurung di sini, dalam sangkar emas berkilauan. Berbagai rupa hidangan tersajikan. Belai kasih sayang melimpah melenakan.
Aku hanya bernyanyi dan menari. Melatih diri menjadi pemenang. Elok tubuhku dan merdu suaraku adalah kemewahan dan kebanggaan. Untukmu, tuanku.
Berlembar rupiah rela kau berikan, demi kicaukku yang sempurna. Kesabaran dan harapanmu begitu besar padaku. Untuk kepuasanmu, tuanku.
Kadang aku lelah, sayapku tak lagi merasakan nikmatnya desiran angin saat melintasi alam. Aku hanya terkepak tak bebas. Aku rindu kawanku, aku rindu alamku. Aku terkurung disini tanpa kebebasan.
Lihat mereka tuan, yang terbang bebas bertemu kawan. Mengerami sarang-sarang sederhana jerih payah sendiri. Yang kehujanan dan kepanasan berjuang di segala cuaca. Tapi mereka bahagia, mereka bebas menemui keluarga dan bercengkerama.
Aku yang elok, merdu dan mewah. Tak sebanding bahagiaku akan arti kebebasan. Tidakkah kau juga tak mau di penjara tuanku. Walau makanan enak dan segala kemewahan bisa kau dapatkan. Akupun begitu.
Tuanku, bolehlah aku lepas dari sangkar ini. Ingin aku kepakkan sayap setinggi langit. Menari di awan bersama desir angin nakal. Bercanda dengan mentari yang selalu hangat membelaiku. Aku ingin bebas, sebebas merpati di luar sana.
Vera shinta KBC-26
KomBes Brebes Jateng
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H