Ramadan di depan mata, nanti malam sudah mulai tarawih sebagai pembuka menjelang hari puasa pertama. Seperti biasa tradisi nyekar atau ziarah ke makam masih melekat pada tradisi orang Jawa. Sebagai pengingat diri mendapatangi makam sanak keluarga yang telah tiada.
Ziarah kubur menjadi salah satu tradisi agar manusia yang masih hidup selalu ingat akan kematian, kembali pada Sang Pemilik kehidupan dan menjalankan kehidupan abadi nantinya. Menjelang Ramadan selain kita harus saling memaafkan agar lahir batin dalam keadaan bersih sehingga menjalankan puasa diharapkan makin memupuk keimanan dan memperbaiki diri, kita juga hatus mendoakan sanak saudara yang telah mendahului kita ke alam baka.
Sebenarnya mendoakan yang telah wafat bisa dilakukan di rumah atau di mana saja, namun karena sudah tradisi maka orang akan nyekar ke makam dengan membawa bunga untuk ditaburkan. Di pasar atau pintu gerbang makam akan ada penjual bunga yang sering di sebut kembang setaman.
Berbagai ragam bunga yang sudah dicampur dalam satu bungkus daun pisang seharga dua ribu rupiah. Sudah ada irisan daun pandan juga sebagai pewangi. Ada juga bungkusan komplit sebagai pelengkap, ada kembang goyang warna warni, rokok, bunga kantil, racikan kembang setaman dan kemenyan dijual dengan harga lima ribu rupiah.
Satu hari menjelang bulan puasa ini para oenjual kembang setaman akan laris manis dagangannya, selalu saja tiap tahun akan kehabisan memenuhi pembelian untuk nyekar (ziarah kubur). Inilah saat panen rezeki, beda dengan hari lain yang tidak mesti penjualannya kecuali saat kamis wage menjelang jumat kliwon biasanya ramai juga orang membeli kembang.
Berkah Ramadan tetap dirasakan para penjual kembang setaman, walau pandemi masih menghantui namun tidak mengurangi kekhusuyan menyambut hari suci selama sebulan penuh.
KBC-26 Brebes Jateng
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H