Lihat ke Halaman Asli

Vera Shinta

Kompasianer Brebes Community' (KBC)

Jamu Gendong Tak Lekang Dimakan Waktu

Diperbarui: 12 Februari 2020   21:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jamu gendong. Dokpri

Zaman sekarang penjual jamu gendong masih banyak terlihat, ada yang masih dengan cara digendong, dengan sepeda, naik sepeda motor ataupun mangkal dikedai.

Berbagai cara berjaulan dengan tujuan yang sama, melestarikan tradisi yang masih banyak dicari orang, baik laki-laki maupun perempuan.

Biasanya jamu gendong berisi kunir asam, sirih, beras kencur, bratawali, manisan dan jamu seduhan baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. Mereka masih banyak yang menggunakan bahan asli rempah-rempah sehingga cita rasanya menjadi sensasi sendiri bagi penikmat jamu gendong

Kaum perempuan lebih banyak memilih kunir asam sirih, karena khasiatnya yang menghilangkan bau badan dan membuat kesed organ kewanitaan sehingga ada nilai lebih bagi yang rutin meminumnya.

Kalau kaum pria banyak meminum bratawali yang pahitnya super tetapi manfaatnya bisa menghilangkan pegal-pegal dan menambah nafsu makan. Kadang juga mereka meminta jamu seduhan kuat lelaki atau pegal linu yang tetap ditambah manisan tradisional untuk penetral rasa pahitnya.

Anak-anak bisa diberi jamu beras kencur agar perutnya lega dan makannya banyak, selain itu juga tidak mudah masuk angin. Jamu buyung upik seduhan juga bisa jadi pilihan untuk anak-anak.

Urip, penjual jamu gendong asal Desa Taraban. Dokpri

Urip salah satu penjual jamu gendong asal Desa Taraban Kabupaten Brebes ini menceritakan didesanya dulu lebih dari 10 penjajah jamu gendong, tapi sekarang sudah semakin berkurang karena ada yang sudah tua, sakit ataupun tak kuat lagi menggendong bakul berisi botol yang memang berat. Urip sendiri tidak membawa botol yang penuh semua karena menjaga agar tubuhnya selalu stabil dan kuat dengan beban yang harus dibawanya.

"Banyak yang tidak kuat kalau harus menumbuh bahan jamu tiap hari jadi mereka gak jualan lagi," ungkap Urip dengan logat ngapaknya yang kental. Urip sudah 29 tahun berjualan jamu gendong, diusianya yang tak lagi muda mengharuskannya tetap berjualan karena harus menghidupi cucunya yang kini berusia 8 tahun dan sejak kecil sudah jadi yatim piatu.

Dari sekian banyak penjual jamu dari Taraban ternyata tidak hanya berjualan disekitar desa saja, tapi ada yang kelain desa. Yang ke Desa Sirampog ada 4 orang, Kaligua, Paguyangan, Wanatirta juga ada. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline