Lihat ke Halaman Asli

Vera Niken Wulandari

Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

Mengenal Stunting pada Anak, Penyebab hingga Penanganan

Diperbarui: 20 Agustus 2024   07:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

           Balita pendek (stunting) adalah status gizi berdasarkan indeks PB/U atau TB/U, dalam kriteria antropometri untuk menilai status gizi anak hasil pengukuran berada pada ambang batas (Z-score) <-2 SD sampai dengan -3 SD (pendek/stunted) dan <-3 SD (sangat pendek/severely stunted). Stunting dapat terjadi ketika janin masih di dalam kandungan dan baru terlihat setelah umur dua tahun (Hutabarat, 2023).

          Stunting adalah kondisi dimana anak mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga mengalami tinggi badan yang tidak sesuai dengan usianya karena masalah gizi kronis dalam waktu yang lama (Rahman dkk., 2023).

          Stunting tidak hanya menjadi masalah kegagalan tumbuh kembang. Namun, dapat membuat anak lebih rentan terserang penyakit serta mempengaruhi perkembangan otak dan kecerdasan. Oleh karena itu, stunting telah menjadi permasalahan serius bagi kualitas sumber daya manusia di Indonesia (Rahman dkk., 2023).

         Prevalensi stunting di Indonesia sebesar 21,5% dengan kasus terbanyak pada kelompok usia 24 sampai 35 bulan (Kemenkes BKPK, 2024).

Mengapa Stunting Bisa Terjadi 

          Penyebab langsung terjadinya stunting yaitu kurangnya asupan gizi, faktor keturunan dan penyakit infeksi atau status kesehatan anak sedangkan penyebab tidak langsung yaitu tingkat pengetahuan ibu tentang gizi, pola asuh orangtua, tingkat pendapatan orangtua, sanitasi yang kurang memadai dan pemanfaatan pelayanan kesehatan (Ernawati, 2020).

Cara Mencegah Stunting 

          Stunting dapat dicegah dengan memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil, memberikan ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, konsumsi protein pada menu harian untuk balita di atas 6 bulan yang sesuai dengan usianya, memantau tumbuh kembang anak, menjaga kebersihan lingkungan dan rutin membawa balita ke Posyandu minimal satu bulan sekali (Kemenkes BKPK, 2023).

Penanganan Stunting 

          Rahman dkk. (2023) mengemukakan bahwa penanganan stunting di Indonesia memiliki 12 kategori sebagai berikut :

  • Peningkatan nutrisi dan gizi
  • Peningkatan pengetahuan dan perilaku
  • Peningkatan kapasitas lingkungan
  • Peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat
  • Pemberian ASI Eksklusif dan susu pertumbuhan
  • Penggunaan metode, sistem penilaian, aplikasi stunting dan promosi kesehatan
  • Peningkatan dan perawatan kesehatan
  • Pencegahan dan penanganan bayi berat lahir rendah
  • Pemenuhan pangan
  • Pemberian protein
  • Pemberian jaminan kesehatan masyarakat
  • Penanganan di berbagai multisektor

Kesimpulan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline