Lihat ke Halaman Asli

Vera Herawati

Mahasiswa jurusan sastra Indonesia UNPAM, selain itu saya juga seorang karyawan swasta di salah satu perusahaan swasta yang bergerak dibidang perbankan

Melestarikan Pantun di Kampung Kelahiran

Diperbarui: 29 Juni 2024   20:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto anak milenial sedang berbalas pantun (Sumber : Dokumen Pribadi Penulis Oleh Vera Herawati )

Seiring dengan perkembangan zaman dan era modern seperti sekarang ini tanpa disadari karya pantun terasa semakin terpinggirkan dan mulai dilupakan oleh generasi milenial. Saat ini kita jarang sekali mendengar anak milenial menggunakan atau mendengarkan pantun, padahal pantun itu bagian penting dari warisan budaya yang kaya akan nilai dan juga kreativas. Oleh karena itu, sebagai generasi muda penting untuk kita agar melestarikan pantun mulai dari sekarang. Melestarikan pantun di kampung kelahiran bukan hanya soal menjaga tradisi yang ada, tetapi juga memperkuat hubungan sosial, membangun identitas budaya serta mendidik para generasi muda karena pelestariannya itu membawa banyak sekali manfaat.

Jika di pahami lebih dalam pantun merupakan karya sastra lisan yang sudah mengakar di kehidupan masyarakat Indonesia sejak berabad lalu serta telah diakui sebagai warisan budaya tak benda kemanusiaan oleh unesco. Pantun bukan hanya rangkaian kata indah tetapi juga memiliki banyak nilai positif yang penting untuk terus dilestarikan. Maka dari itu, sangat dibutuhkan partisipasi dan dukungan dari seluruh masyarakat agar pantun itu dapat terus hidup dan juga berkembang. 

Di setiap daerah pastinya pantun itu disampaikan dengan bahasa dan dialek setempat yang kaya akan peribahasa dan ungkapan tradisionalnya. Melalui pantun kita tidak hanya terhibur, tetapi juga belajar banyak hal salah satunya menjadi sarana dalam menyampaikan pesan moral dan sosial dengan cara yang halus dan juga menarik. Selain itu, dengan pantun kita juga bisa mengetahui berbagai macam bahasa serta budaya yang ada di Indonesia. Dengan kata lain, tindakan melestarikan pantun itu berarti kita telah menjaga tradisi dan budaya yang ada.

Di kampung kelahiran, sudah jarang sekali mendengar kalimat pantun dilontarkan oleh masyarakat, kecuali ketika dalam acara tertentu seperti pernikahan yang di dalamnya terdapat tradisi palang pintu. Selebihnya jarang sekali mendengarnya kecuali di acara stasiun tv atau dari media sosial. Oleh karena itu kita sebagai generasi Milenial diusahakan mulai dari sekarang coba lah untuk mempelajari pantun, karena karya tersebut memiliki banyak manfaat dan juga nilai-nilai positif yang terkandung di dalamnya. Adapun salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk melestarikan pantun yaitu dengan memanfaatkan media sosial seperti youtube, Instagram dsb untuk mempromosikan pantun yang kita kemas dalam bentuk konten atau video agar dapat dinikmati oleh banyak orang dengan cara yang praktis dan juga mudah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline