Lihat ke Halaman Asli

Belajar Mengabulkan Harapan Alam

Diperbarui: 6 Mei 2019   23:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: pixabay.com/TheDigitalArtist

Selamat datang kembali di bulan penuh berkah. Semoga berkah-berkah tersebut tak hanya sebutan, namun juga mengaliri diri kita seiring dengan ibadah-ibadah yang kita lakukan.

Ramadan akan selalu penuh harapan. Terlebih untuk diri sendiri, yang berharap supaya dapat beribadah dengan ikhlas dan konsisten. Bahkan hingga Ramadan berakhir. Yaaa, meskipun susah, setidaknya kita akan selalu mengusahakan yang terbaik.

Itu baru harapan saya yang bukan duniawi. Kalau duniawi, jelas banyaak. Seperti halnya harapan para pedagang yang menginginkan dagangannya laris manis di bulan Ramadan melebihi bulan-bulan biasanya.

Beberapa hal tersebut adalah harapan kita-kita sebagai manusia. Seandainya saya bukan manusia, bolehkah saya membayangkan sejenak menjelma menjadi alam?

Jika manusia berpuasa, maka alam tidak pernah. Apa jadinya jika misalnya matahari berpuasa menyinari bumi sehari saja? Bolehkah tumbuhan tak berfotosintesis sehari saja?

Boleh saja kita beribadah dengan khusyuk di masjid. Namun, di beberapa sudut penjuru bumi ini rupanya masih ada oknum-oknum yang membuang sisa takjil yang sudah basi dari masjid. Sisa-sisa jajanan basi dari para pedagang, bahkan dari rumah maupun restoran-restoran yang harus mengorbankan makanan-makanan tak bersalah terbuang hanya karena kelakuan kita yang kekenyangan ketika berbuka. Padahal sewaktu seharian puasa, nafsu makan sudah seperti tidak makan 5 hari.

Tak usah jauh-jauh. Bahkan di rumah saya sendiri pun kadang masih begitu. Makanan yang berlebih, niat hati disimpan, malah sudah basi duluan.

Ya, meskipun sampah-sampah dibuang di tempat yang tepat -- tempat sampah -- tetap saja, adakah yang tahu seberapa bahayanya gas methan dari makanan sisa bagi alam kita tercinta?

Selain itu, berapa pula plastik-plastik yang dihasilkan dari sifat-sifat konsumerisme kita yang meningkat di bulan Ramadan? Meski sebagian orang menyadari, sebagian lain apa peduli bahwa tiap belanja ke pasar, misal dari masing-masing kios mendapat satu kantong plastik, akan berapa plastik jadinya jika tiap hari ada 5 kios yang kita datangi?

Ini pun masih sering saya alami dan saksikan sehari-hari. Jika di bulan-bulan biasa sampah plastik sudah banyak, bulan Ramadan bisa semakin banyak. Seringnya, plastik-plastik tersbeut justru untuk membungkus makanan, sehingga jangan harap bisa dipakai kembali.

Sampah-sampah tersebut bahkan sering menumpuk di pinggiran pasar. Menunggu petugas kebersihan memungutnya. Masih mending kalau pada akhirnya sampah-sampah tersebut mendarat di tempat yang tepat. Nah, kalau nyasar  di perut ikan hiu seperti kasus yang pernah terjadi? Berkah menurut kita, sengsara bagi makhluk lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline