Lihat ke Halaman Asli

Pasar Tradisional Selalu Menjadi Pilihan

Diperbarui: 10 Juni 2018   00:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: pixabay.com

Spot belanja favorit keluarga saya ketika lebaran tetap pasar tradisional. Terutama belanja kebutuhan-kebutuhan pokok.  Selain murah, penjualnya ramah-ramah dan banyak yang sudah kenal dengan orang tua saya. Jadi, kami lebih dimudahkan ketika belanja.

Harganya miring-miring

Omong-omong soal pasar tradisional, di sini memang tidak ada diskon. Tapi jangan salah, harga di pasar tradisional memang miring-miring, bisa ditawar lagi. Kadang meski harga sembako menjelang lebaran naik, kalau sudah kenal dengan penjualnya kita diberikan harga yang tidak semahal pembeli lain. Selain itu, kalau kita kehabisan suatu barang yang hendak dibeli, bisa pesan dulu  di hari sebelumnya. Kalau uang kita tidak cukup, kita boleh-boleh saja hutang dulu asal penjualnya mengizinkan. Ya bagaimana. Kadang estimasi uang yang harus kita bawa meleset dengan kenyataan karena ada barang-barang lain yang terbeli tanpa sengaja.

Orangnya ramah-ramah

Kita semua tahu bahwa di pasar tradisional orangnya lebih ramah-ramah. Baru masuk pasar saja sudah ada pedagang  yang tanya, "Madosi nopo Mbak?" (Cari apa, Mbak?). Bahkan saya pernah, karena sering datang ke pasar, ada penjual yang hafal. Setiap saya lewat kiosnya, si ibu penjual pasti langsung menyapa,"Cari apa, Sayang?"

Selain itu, misalnya, kita mau membeli daging tapi tidak tahu kios daging di mana, maka penjual di sekitar kita akan menunjukkan arah. Kalau menjelang lebaran begini, para penjual di pasar bahkan sudah meminta maaf duluan kalau ada salah. Kami pun sudah bermaaf-maafan. Meskipun esok harinya masih bertemu lagi, kami maaf-maafan lagi.

Penjualnya jujur

Pernah suatu hari saya mau membeli toge. Agak siang memang, jadi penjual sayur rata-rata sudah tutup atau barang dagangannya memang sudah habis. Lalu saya berniat membeli toge di seorang penjual yang satu-satunya saya temukan. Penjual itu justru melarang, "Jangan Mbak, toge nya udah jelek." Dengan wajah kecewa saya menjawab, "Wah, sudah tutup semua kan ya, Bu? Padahal butuh toge."

Lalu tak lama kemudian ibu penjual tersebut mencarikan toge ke penjual lain yang aku tidak tahu. "Nih Mbak, toge yang ini masih bagus. Tinggal segini." Duh, saya trenyuh.

Dapat THR

Ibu saya pernah karena sudah langganan di seorang penjual, menjelang lebaran begini kami diberi THR seperti sirup, gula, biskuit kaleng, dan beberapa snack lebaran lain. "Nih Mbak, THRnya," katanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline