Setiap orang pasti mengalami masalah dalam hidupnya. Entah dalam lingkup akademik, pekerjaan, percintaan, keluarga, pertemanan, ekonomi dan banyak hal lainnya.
Banyaknya masalah pada seseorang dapat menimbulkan stress. Stres tidak memandang usia, stress dapat menyerang siapa saja seperti remaja, dewasa, hingga orang tua.
Stress yang berkepanjangan pun akan melemahkan kemampuan fisik maupun psikologis seseorang. Maka dari itu seseorang pasti akan melakukan sebuah upaya atau penanganan terhadap stress yang menimpanya.
Cara untuk menangani stres pada setiap orang pun berbeda-beda, ada yang sengaja menghindari sumber permasalahan agar tidak menimbulkan stress di kemudian hari, ada pula yang mencari cara untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Coping Mechanism adalah upaya atau cara untuk menyelesaikan sebuah masalah yang muncul dalam kehidupan seseorang, atau mencari jalan untuk keluar dari situasi yang membuat tertekan atau stress. Mengendalikan stress dengan strategi ini dapat membantu kita agar merasa lebih baik secara fisik dan juga mental.
Coping mechanism juga dapat diartikan sebagai strategi atau cara seseorang dalam menghadapi sebuah permasalahan yang dapat menimbulkan stress dengan mengurangi, mengatasi masalah yang timbul dari diri sendiri dan luar dirinya atau external conflict sehingga dapat memperbaiki kehidupan seseorang.
Menurut Stuart dan Sundeen (1991), Lazarus dan Folkman (1984), dan Friedman (1998) Coping Mechanism ini terbagi menjadi dua, yaitu problem-focused coping atau PFC dan emotion-focused coping atau EFC. Problem-focused coping atau direct action adalah penanganan yang berfokus pada masalah itu sendiri sedangkan emotion-focused coping adalah penanganan masalah yang berfokus pada emosi.
Pemilihan strategi ini berdasarkan dua faktor, yaitu internal dan eksternal. Faktor internal meliputi gaya coping yang biasa seseorang pakai dalam kehidupan sehari-hari untuk menghadapi masalahnya dan juga meliputi kepribadian dari orang tersebut. Kemudian faktor eksternal meliputi pengalaman, dukungan sosial, dan juga tekanan itu sendiri. Setelah mempertimbangkan dua faktor tersebut, seseorang akan memilih strategi yang sesuai dengan kondisi dan juga tekanan pada dirinya untuk menghadapi masalah.
Problem-focused coping meliputi tindakan secara langsung atau direct action untuk mengatasi sebuah masalah yang diarahkan kepada pemecahan masalah itu sendiri, atau bisa dikatakan solutif atas masalah yang menimpanya. Seseorang akan cenderung menggunakan strategi ini bila dirinya masih dapat mengontrol dan menyelesaikan masalahnya.
Yang termasuk strategi problem-focused coping ialah dengan melakukan upaya untuk mengubah suatu keadaan. Misalnya, saat seorang siswa yang mendapatkan banyak tugas dari gurunya, maka ia akan mengerjakannya sebagai penyelesaian masalahnya. Contoh lain adalah ketika seseorang merasa berada di toxic relationship, maka ia mengakhiri hubungan dengan harapan akan merasa lebih baik saat keluar dari hubungan tersebut. Hal itu pun juga berlaku pada lingkup dunia kerja, jika seseorang merasa berada di lingkungan kerja yang tidak baik, maka ia memilih resign. Hal itulah yang termasuk strategi problem-focused coping.
Lalu dengan mencari bantuan atau dukungan sosial, baik berupa informasi ataupun bantuan nyata. Seperti contoh saat kita menemukan soal yang sulit pada saat pelajaran, kita akan bertanya kepada seorang teman untuk membantu kita memecahkan soal.