Lihat ke Halaman Asli

Muhammadiyah yang Mendunia

Diperbarui: 3 November 2022   14:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh: Veny Christina Pudjianto (021)

Magister Manajemen, Fakultas Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang

Muhammadiyah didirikan pada 18 November 1912 oleh Muhammad Darwis yang kemudian dikenal dengan nama Kyai Haji Ahmad Dahlan di Kauman, Yogyakarta. Adapun tujuan didirikannya Muhammadiyah antara lain untuk membersihkan Islam di Indonesia dari pengaruh dan kebiasaan yang bukan Islam, reformulasi doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modern, reformulasi ajaran dan pendidikan Islam, serta mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan dari luar. Langkah pembaruan yang dilakukan ialah merintis pendidikan modern yang memadukan pelajaran agama dan umum, sehingga melahirkan generasi terpelajar Muslim. Selain itu, KH. Ahmad Dahlan membangun lembaga Penolong Kesengsaraan Oemoem yang berorientasi pada amal sosial-kesejahteraan.

Muhammadiyah juga berkontribusi besar terhadap bangsa dan negara terbukti dengan perhatian terhadap isu-isu strategis yang terjadi di Indonesia seperti masalah politik kebangsaan, kebijakan publik, hingga relasi umat beragama. Sikap Muhammadiyah yang terbuka, bisa bekerja sama, dan tidak terkait dengan lokal tertentu mengantarkan Muhammadiyah ke seluruh penjuru Indonesia bahkan dunia internasional. Kiprah Muhammadiyah di dunia internasional dimulai dari pendirian Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) dan Pimpinan Cabang Istimewa Aisyiyah (PCIA) di Mesir pada 23 November 2002. Hingga saat ini, Muhammadiyah telah tersebar di seluruh benua Asia, Australia, Timur Tengah, Eropa, hingga Amerika Serikat.

Melihat perkembangan PCIM yang semakin pesat, Din Syamsudin menekankan tiga fungsi pokok utama PCIM sebagai lembaga perwakilan Muhammadiyah di kancah internasional. Fungsi pertama yaitu sebagai wadah kaderisasi persyarikatan terutama di bidang ilmu-ilmu syar'i demi keberlangsungan regenerasi persyarikatan. Fungsi kedua PCIM adalah sebagai mediator baik antara Pimpinan Pusat Muhammadiyah maupun lembaga-lembaga persyarikatan di Indonesia dengan instansi atau tokoh-tokoh di luar negeri. Peran ketiga yaitu sebagai wadah pembinaan kader dimana nantinya dapat melahirkan ulama dan cendekiawan masa depan yang dapat melanjutkan keberlangsungan Muhammadiyah di dunia internasional.

Muhammadiyah dibawah pimpinan Din Syamsudin memberi penguatan terhadap agenda internasionalisasi Muhammadiyah yang secara praktis diwujudkan dengan pendirian PCIM yang tersebar di 27 negara dunia. Kehadiran PCIM di luar negeri menjadi indikasi bahwa gerakan Muhammadiyah mendapat respon dan sambutan positif dengan harapan dapat menjadi duta Muhammadiyah dan duta umat di dunia. Masing-masing PCIM memiliki tantangan yang berbeda sesuai dengan masalah yang timbul di setiap negara. Beberapa gerakan PCIM yang telah terealisasi dapat dilihat seperti kegiatan sosial di Malaysia bertajuk turba (turun ke bawah) dimana Muhammadiyah mengadakan pengajian dan diskusi bersama WNI yang ada di Malaysia, hal serupa juga dilaksanakan di PCIM Amerika dan Inggris Raya.

Gerakan internasionalisasi Muhammadiyah melalui PCIM juga berfokus pada pengembangan pendidikan di luar negeri dalam wujud pusat dakwah dan pusat pendidikan. Kepedulian Muhammadiyah dalam dunia pendidikan terlihat dengan didirikannya TK Aisyiyah Bustanul Athfal Mesir pada tahun 2010 dan Markaz Dakwah Muhammadiyah Mesir pada tahun 2018. Pimpinan Pusat Muhammadiyah juga telah mendirikan Universiti Muhammadiyah Malaysia dan Muhammadiyah Australia College pada tahun 2021. Program kemanusiaan Muhammadiyah mendorong Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah untuk mendirikan dua Sekolah Indonesia di Myanmar pada tahun 2018 untuk anak-anak Rohingya, serta Sekolah Muhammadiyah pada tahun 2020 di Lebanon bagi pengungsi Palestina.

Pengembangan internasionalisasi Muhammadiyah melalui PCIM memerlukan strategi yang tepat bukan hanya melibatkan kader namun juga semua lapisan masyarakat. Menurut Amin Abdulah terdapat tiga langkah yang perlu dilakukan generasi muda untuk merealisasikan internasionalisasi Muhammadiyah, antara lain (1) menerjemahkan buku, artikel, khasanah, sosial, budaya, dan intelektual Muhammadiyah ke dalam bahasa Arab dengan kualitas terbaik untuk memenuhi pasar Timur Tengah, (2) menjaring dan melayani minat mahasiswa Internasional di perguruan tinggi Muhammadiyah, serta (3) berpikir out of the box mengenai pemikiran sosial, agama, dan pendidikan. Keberhasilan internasionalisasi Muhammadiyah dapat dilihat dengan tersebarnya PCIM di berbagai belahan dunia, pendirian layanan pendidikan di Australia dan Malaysia, juga publikasi wacana melalui jurnal internasional.

Menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir, Muhammadiyah melalui Islam berkemajuan perlu hadir kembali untuk memperkuat peran revitalisasi dan transformasi Islam berkemajuan di tingkat internasional. Haedar Nashir juga menyampaikan enam strategi yang perlu dilakukan Muhammadiyah dalam memperkuat dan mengaktualisasi internasionalisasi gerakan Muhammadiyah, antara lain (1) revitalisasi PCIM dan PCIA sebagai sebuah jaringan baru yang tidak hanya semakin intensif di setiap negara tetapi juga berperan secara proaktif di dunia, (2) program kontinuitas forum-forum dunia untuk agama dan perdamaian dengan harapan menemukan ruang baru yang lebih efektif dan dapat mempengaruhi kehidupan dunia yang saat ini berada dalam kondisi yang sarat konflik, (3) interkoneksi kerjasama pendidikan, kesehatan, kebencanaan, dan kemanusiaan yang selama ini telah dilakukan oleh Muhammadiyah, (4) diaspora kader Muhammadiyah yang diharapkan dapat berperan besar dan potensial sesuai dengan bidang dan kepentingan Muhammadiyah di ranah internasional, (5) publikasi internasional melalui penerjemahan buku dan pemikiran Muhammadiyah, serta (6) membangun pusat keunggulan Muhammadiyah sebagai fase baru dan program baru dalam internasionalisasi gerakan Muhammadiyah untuk memberikan dampak ke dunia internasional.

Peran Muhammadiyah di dunia internasional terlihat jelas pada program-program PCIM yang tersebar di seluruh benua dalam bidang agama, sosial, politik, kemanusiaan, kesehatan hingga pendidikan. Muhammadiyah terus berkiprah di dunia internasional untuk isu agama dan perdamaian yang dapat mempengaruhi kehidupan dunia serta mengembangkan kerjasama pendidikan dan kesehatan. Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui PCIM telah menyusun langkah dan strategi dalam memaksimalkan keberadaan dan kontribusi PCIM di seluruh dunia. Harapannya, gerakan Muhammadiyah melalui PCIM dapat membawa perubahan yang baik bagi dunia internasional.

DAFTAR PUSTAKA

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline