Lihat ke Halaman Asli

Venusgazer EP

TERVERIFIKASI

Just an ordinary freelancer

Final Copa America 2015: Argentina Favorit Juara, Namun Chile Lebih Punya Peluang

Diperbarui: 4 Juli 2015   11:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Copa America Trophy"][/caption]

Akhirnya dua tim terbaik akan bertemu di babak akhir Copa America 2015. Chile, tuan rumah berusaha menuntaskan dahaga gelar Copa America di depan publik sendiri. Sedangkan Argentina sang penantang berusaha untuk menyamai rekor uruguay sebagai pemilik terbanyak Copa America. Siapakah yang akan menorehkan sejarah?
Mari kita simak kekuatan lini per lini dari kedua tim dan faktor non-teknis yang bisa saja mempengarui hasil pertandingan yang akan dihelat di Estadio Nacional Julio Martinez Pradanos, Santiago.
Lini Pertahanan
Kita awali dari lini belakang Chile. Dibawah mistar ada nama Claudio Bravo. Kapten timnas Chile ini sudah tidak perlu diragukan lagi kehebatannya. Bersama Barcelona, musim lalu ia adalah kiper terbaik La Liga. Di Copa America 2015. Penempatan posisi dan refleksnya sangat bagus. Ia juga pandai membaca pergerakan para striker lawan. Cukup tenang ketika menghadapi tekanan dan cekatan dalam bola-bola atas. Sedangkan Romero pun bukan sembarangan, clean-sheet 3 kali bukti dia kiper yang tangguh. Kekuarangannya mungkin releksnya yang kurang jika dibandingkan Bravo.
Chile lebih sering memainkan 4 bek yang tidak sejajar. Keuntungannya mereka lebih mudah membantu penyerangan sekaligus bisa menguasai lapangan tengah. Kelemahannya hanya pada serangan balik cepat.
Argentina sendiri adalah tim yang punya catatan kemasukan sedikit. Pertahanan mereka sangat kokoh terutama mereka memainkan pola 4 bek sejajar. Hanya saja, pola ini agak rentan jika melakukan jebakan offside. Umpan-umpan trobosan yang cepat diyakini bisa menembus pertahanan Ezequiel Garay and Nicolas Otamendi. Tetapi bek berpengalaman Demichelis dan Zabaleta tentu akan mudah membaca pola serangan Chile. Tapi apakah keduanya bisa mengimbangi kecepatan Alexis Sanchez?
Lini Tengah
Pemain tengah terbaik Copa America 2015 pantas disematkan pada Jorge Valdivia, pemain berusia 31 cukup komplet sebagai pemain tengah. Tenang dan punya visi permainan yang bagus. Ia juga pandai mengatur tempo permainan. Gerakannya yang begitu mobile sehingga bisa membantu serangan. Argentina sendiri punya Javier Mascherano, boss kecil dilapangan tengah. Namun Mascherano lebih diplot sebagai pemain jangkar. Lebih berkonsentrasi pada sektor pertahanan. Di depan Mascherano, bisa saja ada Messi yang bertindak sebagai pengatur serangan sekaligus mendistribusikan bola. Perannya yang free-role membuat Messi besar kemungkinan akan lebih banyak ada di 1/3 garis pertahanan lawan atau berada di sayap.
Jika Argentina bermain seperti melawan Paraguay maka Messi akan bergerak bebas di tengah sebagai pengatur serangan. Chile sendiri tentu akan menempatkan Valdivia dan Arturo Vidal yang akan bahu membahu pada sektor tengah ini.
Pertarungan di sektor tengah ini akan menjadi tontonan yang menarik tentunya. Siapa yang berhasil menguasai lapangan tengah besar kemungkinan akan memenangkan laga final nanti.
Lini Depan
Baik Chile maupun Argentina punya ujung tombak yang luar biasa. Bisa dikatakan mereka semua good finisher. Keduanya memiliki pemain yang mahir dalam tendangan jarak jauh maupun set piece. Permasalahannya seberapa cepat mereka bisa beradu dengan bek lawan. Atau jeli memanfaatkan kesalahan kecil yang mungkin terjadi. Sepertinya para striker Chile lebih punya peluang. Eduardo Vargas dan Sanchez punya modal kecepatan dan skill jika berhadapan satu lawan satu. Coba lihat beberapa pertandingan Chile sebelum ini. Mereka begitu pintar dan cepat untuk lolos dari jebakan offside.
Pelatih
Sampaoli maupun Tata Martino tidak diragukan adalah pelatih yang hebat karena mampu mengantar timnya ke partai final. Ditangan Sampaoli Chile menjelma menjadi tim yang sangat ditakuti. Menganut filosofi sepakbola menyerang nan aktraktif, Chile adalah tim yang paling enak untuk ditonton. Sampaoli berhasil membentuk Sanchez dkk untuk bermain secara kolektif sepanjang turnamen. Sampaoli sendiri adalah pelatih yang mampu memotivasi pemain dari pinggir lapangan.
Kehebatan Tata Martino sayangnya tidak lepas dari bayang-bayang kehebatan Lionel Messi. Argentina mungkin saja angkat koper lebih awal jika Messi tidak ikut Copa America. Berbeda dengan Sampaoli, Tata terlihat lebih dingin ketika menyaksikan anak asuhnya bertanding. Tidak banyak instruksi yang dilakukannya. Kelihatannya Tata Martino agak bingung untuk memilih antara Angel Di Maria yang bermain apik saat melawan Paraguay atau Carlos Teves sebagai line-up. Kesalahan sedari awal tentu mempengarui hasil pertandingan.
Faktor Non-teknis
Suporter, Atmosfer stadion bisa saja memberi keuntungan bagi Chile. Jelas secara mental bermain di hadapan publik sendiri memberikan tenaga dan semangat ekstra bagi pemain Chile. Apalagi mereka ingin memberi gelar yang selama ini seluruh negeri impikan. Namun Argentina bukan tim sembarangan. Mereka sudah terbiasa tampil di babak final di berbagai ajang di luar kandang sendiri. Pada ajang Copa America, status sebagai tuan rumah tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pencapaian juara. Malah boleh dikatakan jarang tuan rumah bisa menjadi juara Copa America. Apalagi secara geografis Chile dan Argentina adalah 2 negara yang saling berbatasan. Tentu tidak sulit bagi suporter Argentina untuk datang mendukung timnas mereka.
Official pertandingan. Baik pertandingan besar sekelas piala dunia maupun tarkam ada sering terjadi keberpihakan official pertandingan pada tuan rumah. Bisa saja bukan karena faktor kesengajaan tetapi kadang pertandingan yang ketat dan keras ditambah riuhnya atmosfer stadion membuat wasit kehilangan konsentrasi. Asisten wasit yang berada di pinggil lapangan sering kali terpengaruh sehingga putusan-putusan dalam menilai posisi offside-onside yang tipis bisa saja salah.
Prediksi
Banyak yang lebih menjagokan Argentina keluar sebagai juara. Apalagi sepertinya Argentina sudah menemukan permainan terbaik mereka. Skor 6-1 kala melawan Paraguay adalah bukti nyata kekuatan yang sesungguhnya. Para pengamat mengatakan bahwa Lionel Messi sudah kembali, dan tidak ada yang bisa menghentikannya. Argentina difavoritkan untuk menjadi juara menebus kegagalan mereka 4 tahun lalu. Pasukan Albiceleste ini bisa dikatakan yang terbaik yang pernah dimiliki Argentina. Catatan lain, berkaca pada rekor head to head Argentina memang jauh lebih unggul.

Tapi kali ini sepertinya Chile lebih berpeluang untuk membuat sejarah baru Copa America. Tim ini selalu bermain sebagai satu kesatuan yang kompak. Chile memiliki keseimbangan di semua lini. Jika ingin mengalahkan Argentina, Chile harus mengambil inisiatif serangan sejak awal dan terus melakukan penguasaan bola. Awasi pergerakan Messi, jika perlu bermain lebih keras. Ingat apa yang terjadi pada Paraguay, ketika itu Paraguay terlalu membiarkan Argentina mengembangkan permainan melalui Messi. Jika Messi berhasil mendikte sebuah permainan maka selesailah sudah. Ini pekerjaan rumah terbesar Chile.
Mencuri peluang lewat jebakan offside akan lebih memungkinankan bagi Chile. Apalagi mereka punya kecepatan dan taktis dalam menusuk. Jika Chile berhasil mencuri gol cepat di babak pertama maka Argentina akan kehilangan konsentrasi. Permainan Argentina akan semakin terbuka tentunya, membuat barisan depan Chile semakin bebas bergerak.
Jika Messi sudah ‘dimatikan’ maka kesempatan Argentina hanya ada pada bola-bola mati. Memiliki beberapa pemain berpostur tinggi tentu akan lebih menguntungkan. Tendangan bebas dari area ideal bisa jadi sumber gol karena Argentina punya Messi maupun Tevez yang piawai untuk urusan itu. Claudio Bravo, rekan satu tim di Barcelona, tentu sudah hafal dalam mengantisipasi bola mati dari Messi.
Kans kedua tim sebenarnya sama, Tetapi Chile lebih punya peluang. Ada tekad yang luar biasa besar di dada golden generation Chile kali ini, mewujudkan mimpi menjadi juara untuk kali pertama. Maka sepertinya rakyat Chile-lah yang akan berpesta hari minggu nanti. Berapa skornya? La Roja mungkin menang dengan selisih gol yang tipis.

 

sumber gambar: sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline