Laga menarik dan alot tersaji pada babak perempat final Denmark Super Series. Saling berhadapan Carolina Marin (Spanyol) vs Sun Yu (China). Menempati unggulan pertama Marin harus berjuang keras untuk bisa menaklukan Sun Yu dengan 3 set (21-19, 16-21,27-25) dalam duel yang berlangsung 1,5 jam itu.
Sebenarnya pada set terakhir Marin sempat tertinggal 11-16, namun mental peraih emas Olimpiade Rio 2016 tidak goyah. Secara perlahan Marin menemukan sentuhan terbaiknya hingga menyamakan kedudukan 18-18. Drama deuce terjadi, Sun Yu sendiri coba bertahan dengan baik berharap Marin membuat kesalahan-kesalahan sendiri. Beberapa kali bola kembalian Marin memang kerap melebar. Marin melihat celah dimana Sun Yu terlihat mulai kepayahan, dalam kedudukan match point Marin terus menekan Sun Yu hingga tidak mampu mengembalikan bola dengan sempurna.
Luar biasa jika melihat bagaimana cara Carolina Marin bermain. Ia punya teknik dan mental seorang juara. Badannya lentur bak karet dan ditunjang dengan stamina yang prima. Mengingatkan kita pada sosok legenda bulutangkis kita, Susi Susanti. Seolah tanpa celah!
Tetapi tanpa mengurangi hormat pada Susi Susanti yang telah banyak mengharumkan nama Indonesia, Marin terlihat lebih sempurna. Gadis 23 tahun itu benar-benar menguasai lapangan, seperti Lee Chong Wei pada sektor tunggal putra. Jangan coba-coba bermain netting dengannya, Marin seperti tidak punya kelemahan. Bola diantarnya dengan tipis di bibir net sehingga sulit disambar lawan.
Secara fisik, postur Marin sungguh ideal. Tingginya yang 1,72 centimeter serta perawakannya yang kurus membuat Marin begitu lincah. Sebagai pemain dengan pegangan raket kiri alias kidal memang sepertinya juga memberi keuntungan tersendiri. Perlu dicari rahasia dia punya ketahanan fisik, karena sisi kerap menjadi kelemahan atlet putri kita.
Jika mengacu pada kemenangannya melawan Sun Yu, faktor dominan yang membuatnya mampu lolos ke semifinal adalah MENTAL. Pemain China yang dihadapi bukan pemain sembarangan, Sun Yu adalah peringkat 9 besar dunia. Tahun 2016 ini Ia beberapa kali mampu tamping hingga babak final pada Super Series.
Marin tetap tenang walau tertinggal 5 poin di set penentuan. Poin demi poin yang ia raih semakin membuat gugup Sun Yu. Marin semakin percaya diri ketika mampu menyamakan kedudukan 18-18. Walau sempat melakukan unforced error karena ingin cepat menyelesaikan pertandingan namun berkat kematangannya kemenangan dapat diraihnya. Di semifinal Marin akan berhadapan dengan Akane Yamaguchi dari Jepang yang dipartai sebelumnya mengalahkan rekan senegaranya Nozomi Ukuhara.
Setelah masa kejayaan Susi Susanti berakhir, rasanya sulit menemukan pemain tunggal putri kita yang punya mental kuat. Sebagai bukti, tidak ada satu pun pemain tunggal putri kita di 10 besar rangking BWF. Kita kalah dari Thailand, Mereka punya Ratchanok Intanon. Pemain ini terakhir menjadi juara di Singapura Super Series.Prestasi terbaik pebulutangkis putri kita, Lindaweni berada di peringkat 25 dunia. Namun itu pun masih berada dibawah 3 atlet Thailand lainnya.
Marin sendiri memulai karir bulutangkis sejak usia 15 tahun dan pernah menimba ilmu di Cipayung bersama atlet-atlet Indonesia lainnya. Dengan prestasi tertinggi medali emas Olimpiade sudah layak pebulutangkis putri kita menjadikannya contoh. Jika ingin berprestasi tentunya. Soal teknik rasanya Indonesia punya pelatih-pelatih yang bagus.
Tinggal bagaimana menempa sektor mental agar benar-benar seperti Marin yang tak pernah menyerah. Turnamen-turnamen lokal bagi bibit-bibit muda yang marak di tanah air sepertinya tidak mampu menelurkan pemain-pemain muda berbakat yang benar-benar berorientasi pada prestasi dunia.
Masyarakat rindu memiliki pemain tunggl putri yang handal. Atlet yang bisa menyamai prestasi Susi Susanti. Seorang atlet yang ibaratnya rela mati di lapangan demi nama Indonesia di pentas dunia. Ya minimal bisa masuk 10 besar dunia lah. PR PBSI yang sudah lama tidak mampu diselesaikan.