Lihat ke Halaman Asli

Venusgazer EP

TERVERIFIKASI

Just an ordinary freelancer

Gara-gara TV One, Simpati Saya untuk Mucikari R A

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Iya, saya jadi bersimpati pada mucikari R A itu. Ia bukan teman dan tidak ada pertalian saudara dengan saya. Bukan pula karena pernah menggunakan jasanya. Namun pagi ini, gara-gara lihat tayangan TV One dalam “Apa Kabar Indonesia" pagi, saya koq jadi jatuh simpati pada lelaki yang inisial namanya sedang naik daun.

Bukan bersimpati atas perbuatannya yang menjadi mediator bagi ‘oknum’ artis dan model yang cari penghasilan tambahan dengan menjual tubuh molek mereka. Ada artis jual diri juga bukan hal baru. R A sendiri bukan penjahat kelas kakap, bukan bandar narkoba, bukan psikopat pemerkosa anak-anak, bukan begal dan bukan pula koruptor.

Namun melihat R A diwawancari oleh reporter TV One Winny Charita pagi ini bikin saya miris. Jelas sekali reporter TV One itu sedang melakukan tugas jurnalistik sekaligus menjadi penyidik Polri. Pertanyaannya seperti penyidik yang sedang menginterogasi penjahat!

Sesekali ia tidak percaya dengan apa yang diungkap oleh R A. Ketika R A menjawab bahwa dalam 1 bulan ia hanya ‘dapat’ 3 kali obyekan. si reporter cantik ini serta-merta tidak percaya. “ Ini khan prostitusi, pasti banyak peminatnya...” katanya tajam, seolah membantah pengakuan R A. Apa tidak bisa sih menghargai pengakuan tersangka yang pastinya sama seperti apa yang telah ungkap ke penyidik? ada beberapa kali winny charita ini membantah pengakuan R A dengan coba kroscek dengan polisi yang hadir dalam sesi itu. rasanya bukan hak dia untuk menolak pengakuan R A.

Tertangkap polisi dan menjadi tersangka jelas sudah menjadi beban tersendiri. Siapapun itu dan apapun kasusnya. Saya pribadi kadang heran kenapa banyak tersangka harus mau melakukan sesi wawancara dengan wartawan terutama dari media elektronik. Apakah ada paksaan dari pihak kepolisian atas nama keterbukaan pada publik?

Terakhir yang juga bikin kesal terhadap reporter TV One itu adalah pernyataannya yang seolah menggurui kepolisian dengan mengutip pernyataan Kabareskrim yang ingin membuka baik itu artis maupun pengguna jasa PSK elit itu.

Cuma sayang, polisi cukup pintar untuk mengiyakan perintah dari reporter ini. Polisi menjawab dengan diplomatis bahwa mereka bertindak sesuai dengan prosedur saja.

Mewawancari secara khusus pelaku kejahatan sepertinya memang jadi tren sejumlah media elektronik. Bagi mereka yang mampu menjadi yang pertama mengulik-ulik seorang penjahat seolah menjadi prestasi tersendiri.

Namun kadang pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan kadang tidak berperikemanusiaan. Sebenarnya apa tidak ada itu untungnya masyarakat tahu pengakuan tersangka. Biarkan saja semua itu menjadi urusannya tersangka secara pribadi dengan para penegak hukum. Jika masyarakat jadi tahu, biarkan itu berasal dari pihak yang berwewenang.

Buat TV One, jika kalian ingin menjadi TV yang ‘beda’ tolong jadilah TV yang ‘beda’ dengan cara yang cerdas dan berkemanusiaan. Hargai dan pahamilah perasaan seorang termasuk seorang tersangka sekalipun. Media janganlah ambil untung yang berlebihan dengan masalah yang sedang dihadapi seseorang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline