Dari kejauhan tampak 2 gadis berbusana khas wanita muslim di area parkir yang ada diseberang jalan Gereja Graha Maria Annai Velangkanni. Sore yang cerah itu, Graha Maria Annai Velangkanni ramai dikunjungi peziarah. Maklum bulan Mei ini bagi umat Katholik dikhususkan sebagai bulan Maria.
Graha Maria Annai Velangkanni sendiri memang dikenal sebagai salah satu tempat ziarah religi yang ada di Sumatera Utara. Sudah beberapa kali ditampilkan dalam beberapa program televisi. Banyak blog wisata yang juga memuat Gereja ini, dan di Kompasiana sendiri ada beberapa artikel yang membahas mengenai gereja yang mempunyai kemiripan dengan arsitektur Gereja Annai Velangkanni yang ada di India itu.
Ketika saya bersama keluarga sampai di kendaraan yang kebetulan berada di dekat kedua gadis tersebut, salah seorang diantaranya memberi senyum dan menanyakan kepada istri kami apakah mereka boleh melihat Graha Maria itu dari dekat.
Istri saya dengan ramah mempersilahkan mereka untuk ke sana saja karena siapa saja diperbolehkan. Saya sendiri menambahkan bahwa tidak ada tanda larang tertulis yang melarang orang yang bukan beragama kristen untuk berkunjung.
Kedua gadis tersebut sepertinya lega dan mengucapkan terima kasih lalu beranjak menyeberang ke Gereja Graha Maria Annai Velangkanni. Saya dan istri coba mendiskusikan motif apa yang mendasari keduanya untuk melihat dari dekat.
Istri saya berpikir bahwa kedua gadis tersebut mungkin saja tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengapa gereja tersebut menjadi tempat peziarah. Mungkin mereka tertarik setelah melihat sebuah tayangan di televisi bahwa ada Gereja di Medan indah yang ramai dikunjungi bahkan menarik peziarah dari luar negeri.
Sedangkan yang langsung tersirat dalam kepala saya adalah, mereka berdua adalah mahasiswi arsitektur yang sedang melakukan observasi berkenaan dengan tugas kuliah yang sesuai dengan jurusan mereka itu.
Ada banyak alasan tentunya yang mendorong mereka tertarik untuk berkunjung tentunya. Dengan tampilan yang nyata berhijab sudah tentu menjadi tanda bahwa mereka bukan datang untuk berdoa dan berziarah. Dari Kejauhan tampak kedua gadis tadi berjalan-jalan mengamati detail Gereja Graha Maria Annai Velangkanni
Inti dari tulisan ini sebenarnya bukan mencari motif atau mempertanyakan mengapa ada mereka yang agamanya berbeda mau berkunjung. Saya hanya ingin menyimpulkan bahwa rumah ibadah itu adalah rumah Tuhan. Dimana semua orang dari segala golongan boleh datang. Sudah tentu tanpa harus mengikuti ritual-ritual agamanya.
Sama halnya ketika kita menepi dan beristirahat di sebuah Masjid ketika dalam perjalanan. Kita bisa duduk diteras Masjid yang adem atau sekedar menumpang kamar mandi yang ada di situ. Belum pernah saya membaca ada larangan bagi yang bukan muslim untuk memasuki areal Masjid. Kesejukan lingkungan Masjid cocok buat melepas kepenatan lahir dan bathin. Disamping itu dari sisi keamanan rasanya juga terjamin.
Contoh lain adalah banyak wisatawan yang bukan beragama Budha berkunjung ke Vihara Emas yang berada di kawasan wisata Brastagi. Atau vihara yang ada di pulai Kemaro Palembang misalnya. Dari penampilan kita bisa tahu bahwa mereka bukan beragama Budha.
Masjid, Gereja, Vihara atau Pura adalah adalah bagaian kehidupan religi yang bisa dilihat sebagai kekayaan spiritual umat manusia secara universal. Bukan tidak mungkin berkunjung ke rumah ibadah agama lain akan memperteguh iman sendiri. Di sisi lain, mengunjungi tempat ibadah/ziarah agama lain akan membuat pola pikir kita terbuka akan perbedaan. Memandang sebuah perbedaan sebagai sebuah kekayaan kasanah yang memang menjadi realitas terutama dalam masyarakat Indonesia yang majemuk.
Salam
sumber foto: dari artikel ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H