Lihat ke Halaman Asli

Venny Saarce Laturette

Writing Enthusiast, Movie Enthusiast, and Travel Enthusiast

Review: Just Mom

Diperbarui: 7 Maret 2022   21:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Film yang diproduseri oleh Hanung Bramantyo dan disutradari oleh Jeihan Angga keluar di bioskop 27 Januari 2022 dan merupakan adaptasi dari buku Ibu, Doa yang Hilang karya Bagas Dwi Bawono. 

Film ini menceritakan Ibu Siti (Christine Hakim) yang memiliki 3 orang anak, Pratiwi (Niken Anjani), Damar (Ge Pamungkas), dan Jalu (Toran Waibro). Siti sebagai seorang Ibu di masa tuanya sangat merindukan kehadiran anak-anaknya terutama Pratiwi dan Damar yang sudah tidak tinggal lagi bersamanya dan telah sibuk oleh kegiatan mereka masing-masing, sedangkan untuk Jalu masih tinggal bersama Ibu Siti. 

Suatu hari Ibu Siti dan Jalu bertemu dengan Murni (Ayushita) seorang wanita dengan gangguan jiwa yang sedang hamil dan tidak mau berbicara, dan Ibu Siti memutuskan untuk merawat Murni di rumahnya. 

Film yang hangat, sehangat kasih Ibu Siti. Film ini menggambarkan kisah hidup seorang ibu di masa tuanya dengan sangat nyata. Dari percakapan-percakapan melalui gadget di mana terlihat sang Ibu ingin berkomunikasi lebih tapi tidak ingin menganggu anak-anaknya, atau bagaimana tingkah laku para anak yang sedang sibuk dengan karir dan sulit membagi waktu untuk orangtuanya, semuanya sangat realistis sehingga pasti relate bagi penontonnya. 

Bagaimana hingga Ibu Siti memutuskan merawat Murni juga memiliki latar belakang yang kuat dan berhubungan dengan karakter berjiwa sosial yang dimiliki sehingga mudah dimengerti dan terasa tidak mengada-ada, seperti Ibu Siti yang dulu kerjanya sebagai perawat dan keluarganya yang mengadopsi Jalu, anak terakhirnya, ini semua membuat alur cerita pun terasa halus. 

Jadi kedua tema utama yang diangkat, hubungan Ibu Siti dengan anak-anaknya dan hubungan Ibu Siti, keluarganya dengan Murni dibuat dengan senyata mungkin tapi tetap penuh dengan intrik atau permasalahan menarik. Seperti bagaimana perjuangan mengenal, menghadapi, dan merawat Murni yang karena sulit berkomunikasi sehingga tidak dapat terprediksi. 

Hanung Bramantyo dalam wawancaranya dengan Cinema 21 menyatakan pesannya kepada Jeihan Angga sebagai sutradara saat membuat film ini,

"...bikin film ini se-personal mungkin...saya hanya bilang bahwa ketika orang nonton film ini ya seperti ngebuka jendela. Ketika buka jendela kita kayak ngeliat tetangga kita atau orang yang di luar jendela kehidupannya kayak apa adanya kan. Saya kepengen itu."

Jeihan Angga berhasil merealisasi permintaan Hanung. Cerita yang dibuat apa adanya ini memiliki segudang momen akan menyentil kita, akan menyentuh kita, akan membuat kita tegang, dan pastinya akan membuat kita bertahan menontonnya sampai selesai. Bahkan closing credit film ini menarik, dengan menghadirkan foto para cast & crew dengan ibu mereka. Mungkin hal ini sudah biasa untuk film dari luar negeri, tapi di Indonesia masih jarang. 

Untuk para aktris dan aktor-nya tidak perlu diragukan lagi. Christine Hakim sangat organik dan menganggumkan memerankan karakter Ibu Siti. 

"Karakter utamanya kan Ibu, terus kemudian saya bersuara sama mas Hanung tidak ada ibu yang cocok selain Christine Hakim." Ungkap Jeihan dalam salah satu wawancaranya.

Performance Ayushita luar biasa memerankan Murni yang tidak mudah.  Niken Anjani, Ge Pamungkas, dan Toran Waibro pun dapat memerankan karakter mereka dengan memuaskan dan emosi yang mereka tunjukan bisa dirasakan. Chemistry di antara karakternya semua menyatu dan sekali lagi sangat nyata. 

NILAI: A

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline