Pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup beberapa keterampilan seperti menyimak, membaca, menulis, dan berbicara. Keterampilan-keterampilan ini perlu diberikan dan dilatih secara konsisten oleh pendidik di sekolah dan diperlukan juga peranan orangtua di rumah. Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar adalah dasar untuk mendapatkan materi dan keterampilan dalam berbahasa yang baik dan benar. Menurut Khair (2018: 89) pembelajaran bahasa Indonesia dapat disajikan dengan menggunakan pendekatan berbasis teks. Teks dapat berwujud teks tertulis maupun teks lisan. Dengan demikian belajar bahasa Indonesia tidak sekedar memakai bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi, tetapi perlu juga mengetahui makna atau bagaimana memilih kata yang tepat yang sesuai tatanan budaya dan masyarakat pemakainya. Tujuan pembelajaran bahasa adalah membimbing perkembangan bahasa peserta didik secara berkelanjutan melalui proses mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Pada akhirnya, tujuan itu adalah untuk membimbing peserta didik agar mampu menggunakan bahasa untuk belajar, mengekspresikan ide dengan lancar dan jelas, dan berkomunikasi secara efektif dengan orang lain (belajar menggunakan bahasa, belajar tentang bahasa, dan belajar melalui bahasa). Akan tetapi, pada pelaksanaan pembelajaran banyak sekali ditemukan beberapa kendala baik dari sisi guru maupun dari peserta didik. Guru yang kurang profesional dalam mengajar, misalnya menggunakan metode yang kurang sesuai dengan materi atau saat melaksanakan pembelajaran kurang variatif. Selain itu, kemampuan guru dalam penguasaan pengetahuan terhadap materi pelajaran yang diajarkan masih jauh dari yang diharapkan. Kemampuan guru yang rendah dapat menjadi faktor yang mempengaruhi proses dari hasil pembelajaran yang kurang optimal.
Namun, faktor dari peserta didik juga dapat menimbulkan kendala tersendiri dalam penyelenggaraan pembelajaran di kelas.
Beberapa kendala dari peserta didik terutama di kelas rendah yaitu:
- Tingkat konsentrasi peserta didik yang rendah. Rentang usia peserta didik di kelas rendah adalah usia 7-9 tahun. Mereka masih berada dalam fase operasional konkrit yang mana proses pemerolehan pengetahuannya dimulai dengan tahapan pengurutan, klasifikasi, decentering, reversibility, konservasi, dan penghilangan sikap egosentrisme. Pada tahapan ini rentang konsentrasi juga masih pendek karena masa peralihan dari taman kanak-kanak ke tahapan pendidikan formal dimana mereka akan berada dalam sebuah kelas yang jumlah anggotanya lebih banyak, sehingga memungkinkan terjadinya distraksi.
- Kesulitan peserta didik dalam berbicara menggunakan bahasa Indonesia. Penggunaan Bahasa indonesia secara formal dapat menjadi masalah terutama jika wilayah sekolahnya berada di pedesaan yang masih kental dalam penggunaan Bahasa daerahnya.
- Kesulitan peserta didik dalam membaca. Kegiatan membaca menjadi salah satu faktor kendala, dimana peserta didik kelas rendah masih banyak yang tidak memiliki kesempatan belajar membaca yang sama di rumah maupun di lembaga pendidikan sebelumnya seperti di Taman Kanak-kanak/ PAUD.
- Peserta didik kesulitan dalam menulis. Jika peserta didik belum memiliki keterampilan membaca, maka keterampilan menulisnya sudah hampir pasti belum terasah.
Beberapa alternatif solusi bagi guru dalam menyiasati problematika ini adalah dengan cara:
- Pemberian apersepsi atau kegiatan sebelum pembelajaran yang menyenangkan dan membangkitkan konsentrasi peserta didik, misalnya dengan cara bermain tebak gambar.
- Penggunaan Bahasa Indonesia yang benar harus dipraktikkan dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari (bahasa pengantar pembelajaran) dan juga saat berkomunikasi dengan peserta didik, meskipun di luar kelas.
- Kegiatan membaca dapat diberikan saat pelajaran berlangsung. Peserta didik yang belum dapat membaca perlu diberikan waktu khusus secara individual agar dapat mengejar ketertinggalannya dengan peserta didik lain. Kegiatan membaca nyaring perlu dilakukan di sesi-sesi tertentu, selain dapat membantu peserta didik dalam meningkatkan keterampilan membaca (pengenalan kosa kata baru dan tanda baca), hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka.
- Menulis merupakan kegiatan mencurahkan ide dan pengalaman pribadi. Kegiatan bisa diawali dengan cara menyalin tulisan terlebih dahulu agar peserta didik diberikan pengalaman berupa bentuk huruf, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan kosa kata.
Guru sebagai fasilitator sekaligus motivator perlu mengetahui kebutuhan setiap peserta didiknya. Maka, diperlukan asesmen di awal tahun ajaran agar pemberian pembelajaran dapat lebih terarah dan fokus agar kemajuan pembelajaran peserta didik dapat terlihat, terutama dalam keterampilan berbahasanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H