Lihat ke Halaman Asli

Menanti Rei

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hari mulai menjelang malam,Ann masih gelisah,mematung di depan jendela kamarnya.Tangannya menggenggam ponsel yang sejak tadi dinanti deringnya.Berkali-kali matanya beralih dari jendela ke layar ponsel,begitu seterusnya.Tidak ada,masih tidak ada.Ann membeku,sampai kapanpun ditunggu.Tidak akan pernah ada.Disekanya air yang mengalir dari ujung matanya.Ann meletakkan ponselnya di atas meja,sambil terus menghapus air matanya.Hatinya tak karuan,berantakan.Penantiannya sia-sia.Ia mencoba menata kembali,kekacauan dalam hatinya.Air mata itu yang terakhir.Janjinya dalam hati.Dan penantian yang terakhir kalinya.Ann sadar betul,ia menanti sesuatu yang ia tahu tidak akan pernah datang lagi.Hidupnya yang porak poranda harus dibenahi,kekosongan jiwanya harus diisi kembali.

Rei tidak akan mungkin datang.Dua bulan yang lalu,sejak janji terakhir Rei ke rumah.Ia tidak pernah datang.Kecelakaan motor yang dialaminya dalam perjalanan ke rumah Ann,membuat Ia tidak akan pernah mungkin datang lagi.Rei pergi.Ann sadar itu,dan ia berjanji untuk berhenti menanti.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline