Lihat ke Halaman Asli

Serenity

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku membuka mata tepat pada saat matahari mulai bangun dari peraduannya.Kusingkirkan pikiran dan beban yang terus bergelayut dalam kepalaku.Hari yang kering kerontang yang selama bertahun-tahun aku lalui,telah melumpuhkan persendian dalam jiwaku.Aku merasa lumpuh,bukan kakiku tapi jiwaku.Tanpa aku sadari telah lama kulupakan kodratku sebagai manusia biasa.Kusiksa raga dan mentalku dengan setumpuk masalah duniawi yang kubiarkan menggerogoti hatiku.Aku lupa bagaimana rasanya bahagia,nikmatnya ketika tertawa.Aku meleburkan diri pada banyak hal yang akhirnya membuatku kehilangan esensi hidup.

Aku tengok hidupku di belakang,keluargaku berantakan karena obsesiku.Suamiku pergi mencari kehangatan yang tidak dapat lagi aku beri.Karier ku yang sukses telah membutakan mataku.Anakku lebih sayang dengan pengasuhnya ketimbang aku.Wajar,aku tak pernah punya waktu untuk memberikan cintaku sebagai ibu,bahkan sekedar mengajarinya membuat PR pun tak pernah aku lakukan.Aku baru tahu rasanya sedih seperti ini.Kebahagiaan yanag aku kejar membuatku kehilangan kebahagiaan yang pernah aku miliki.

Hangatnya sinar matahari pagi membelai hangat kulitku.Kudengar angin-angin bertiup semilir mengitariku.Sederhana,tapi aku bahagia.Alam memeluk tubuhku dengan pelukan ternyaman yang pernah kurasakan.Aku melangkah mendekat ke arah pantai,dengan ombak-ombak kecil yang berkejaran,bergulung-gulung menuju tepi pantai.Aku merentangkan kedua tanganku sambil menghirup udara pagi yang sejuknya terasa sampai rongga-rongga jiwaku.Aku menunduk,mengarahkan tanganku di permukaan pasir,kutulis semua hal yang menyesakkan dadaku,semuanya.Aku tersenyum lega ketika air menghapus semua tulisanku yang tadi tertera di atas  pasir.Aku berjalan kembali ke arah pondok tanpa menengok kembali ke arah pasir dan bekas tulisanku.Aku tinggalkan itu di belakang,seperti sepotong kegagalan hidupku.Aku memastikan diri,kubenahi kegagalanku.Menata kembali hidupku dengan harapan baru.Karena aku tahu kebahagiaan apa yang aku butuhkan.Bukan yang aku inginkan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline