"Seni Memahami" merupakan istilah yang dideklarasikan oleh Schleiermacher dalam hermeneutiknya. Beliau memandang hermeneutik sebagai "Seni Memahami". Memahami tentu saja berbeda dengan mengetahui. Orang yang mengetahui belum sampai pada memahami. Memahami adalah aktivitas menangkap makna. Sementara mengetahui tidak lebih dari tindakan mengumpulkan data. Data dapat diketahui oleh sesuatu, misalnya: gen, neuron dan komputer, sedangkan makna hanya dapat dipahami oleh seorang. Apa artinya "memahami" dan mengapa aktivitas ini dipandang sebagai sebuah "seni"? Kita akan menemukan jawabannya dalam gagasan filosofis yang diusung oleh Schleiermacher.
Sekilas tentang Hidup Schleiermacher
Kali ini saya ingin mengajak para pembaca untuk berfilsafat bersama Friedrich Daniel Ernst Schleiermacher (1768 - 1834). Schleiermacher dikenal sebagai filsuf sekaligus pendiri teologi protestan modern yang hidup di zaman romantik. Romantisme tidak lain adalah gerakan kritis atas pencerahan abad ke-18. Para pemikir romantisme melihat kemajuan sains, industri dan teknologi Eropa di kala itu sebagai sebuah kemerosotan daripada kemajuan peradaban. Atas dasar itu, para pemikir romantisme lebih meminati mitos, tradisi dan agama sebagai obyek studi interpretasi. Mereka berusaha menggali makna di balik kebijaksanaan kuno tersebut untuk kemudian dihayati secara baru. Schleiermacher secara mendalam dipengaruhi oleh gerakan romantisme.
Schleiermacher lahir pada 21 November 1768 di Breslau, Silesia yang sekarang dikenal Polandia. Ia dibesarkan dalam keluarga protestan. Orang tuanya bahkan berencana agar Schleiermacher dipersiapkan sedini mungkin untuk menjadi seorang pengkotbah. Schleiermacher kemudian dimasukkan ke sebuah seminari di Barby/Elbe. Di seminari, Schleiermacher berkenalan dengan literatur filosofis, teologi dan roman-roman non-religius. Hal ini membuatnya bimbang, antara menjadi seorang pengkotbah atau ilmuwan. Kebimbangan ini mendorong Schleiermacher untuk menekuni filsafat, teologi dan filologi di Universitas Halle. Di sana, ia malah - untuk pertama kalinya - berkenalan dengan filsafat kritis Kant. Sejak Schleiermacher mengajar di Halle pada 1805, ia mulai menyibuki diri dengan hermeneutik. Ia wafat di Berlin pada 06 Februari 1834. Sejak saat itu, Schleiermacher dikenal sebagai bapak pendiri Hermeneutik Modern.
Perihal Hermeneutik
F. Budi Hardiman dalam bukunya yang berjudul "Seni Memahami: Dari Schleiermacher Sampai Derrida", menegaskan bahwa terminologi "Hermeneutik" sebetulnya bukan istilah yang baru muncul di zaman modern. Istilah ini bahkan dapat ditelusuri dalam kultur keagamaan Yunani kuno. Etimologi Hermeneutik terkait dengan sosok Hermes yang menjadi pengantara antara dewa/dewi dengan manusia.
Dalam mitologi Yunani, Hermes bertugas sebagai pihak yang menyampaikan pesan dewi-dewi kepada manusia. Namun, sebelum Hermes menyampaikan pesan tersebut, ia terlebih dahulu memahami atau menafsir pesan tersebut bagi dirinya sendiri. Setelah ia memahami maksud pesan tersebut, barulah ia mengartikulasikan maksud pesan tersebut dalam bahasa yang dimengerti oleh manusia. Kesenjangan antara pemberi pesan, penyampai pesan dan penerima pesan harus dijembatani oleh kegiatan yang bernama "hermeneutik" itu.
Hermeneutik dalam bahasa Inggris disebut "Hermeneutics". Istilah ini diasalkan dari kata Yunani, yaitu: "hermeneuein" yang berarti "menerjemahkan" atau "bertindak sebagai penafsir". Kegiatan menerjemahkan satu bahasa ke bahasa lain sebetulnya tidak lain adalah apa yang kita sebut sebagai "Hermeneutik".
Aktivivitas menerjemahkan sebenarnya bukan sekadar menukar bahasa asing ke bahasa kita. Lebih dari itu, menerjemahkan adalah menafsirkan untuk kemudian dapat diartikulasikan dalam cita rasa bahasa kita. Dengan kata lain, menerjemahkan adalah aktivitas menangkap makna sesuai dengan maksud penulis dalam bahasa yang dimengerti para pembaca.
Perlu diketahui bahwa hermeneutik awali tidak lebih dari sebuah aktivitas yang dilakukan oleh para rohaniwan dalam rangka menafsir teks-teks sakral, seperti kitab-kitab suci. Aktivitas ini bertujuan menyingkap maksud Wahyu Ilahi yang tertulis dalam teks-teks suci. Perbedaan cara atau metode menafsir kemudian melahirkan tafsiran yang berbeda dan bahkan bertentangan.
Hal ini terjadi di awal-awal perkembangan kekristenan. Sudah sejak awal, kekristenan sudah dibumbui dengan polemik hermeneutis. Jemaat Kristiani di kota Alexandria memiliki cara interpretasi atas kitab suci yang berbeda dengan jemaat Kristiani yang ada di Antiokhia. Perpecahan yang terjadi dalam kekristenan barat, yakni: antara Gereja Katolik Roma dengan para reformans protestan berakar dari perbedaan cara interpretasi Kitab Suci.