Lihat ke Halaman Asli

Konstantinus Jalang

Penulis adalah Alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang

Berziarah ke Diri Sendiri

Diperbarui: 29 Maret 2021   20:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kadang-kadang, waktu luang pun dapat menjadi musuh yang menakutkan. Waktu luang yang berkepanjangan membuat beberapa orang frustrasi. 

Pengalaman frustrasi biasanya disebabkan oleh kebingungan mengisi aktivitas di waktu luang. Orang-orang yang memiliki bakat di bidang musik patut bersyukur, lantaran tidak perlu bingung mengisi kegiatan di waktu luang. 

Mereka bisa saja bermain musik atau bahkan menciptakan lagu sendiri. Mereka yang suka membaca dan menulis pun sama. Mereka juga bisa mengisi waktu luang dengan membaca dan menulis. Selain itu, waktu luang juga bisa diisi dengan berolah raga. Kegiatan semacam ini tentu saja baik untuk suasana batin dan kesehatan tubuh.

Harus diakui bahwa, rutinitas yang sama dan dilakukan secara terus-menerus, rupanya membuat kita bosan dan jenuh. Jenuh, malas, bosan dan kesepian malah datang di saat-saat seperti ini. 

Pengalaman jenuh dan kesepian dialami oleh hampir setiap orang. Orang yang setiap saat tampak ceria pun, pasti pernah berhadapan dengan pengalaman seperti ini. 

Kita perlu kreatif dalam mengantisipasi pengalaman semacam ini. Antisipasi perlu agar kita mampu menyalurkan pengalaman seperti ini dengan cara yang produktif, misalnya: membaca, menulis, berolah raga, menonton film, dst.

Pada fase tertentu dalam hidup ini, kita tentu saja membutuhkan waktu luang. Di sela-sela kesibukan kerja atau kuliah, kita perlu mengambil jarak dari keramaian. Kita kembali bergumul sesaat dengan diri sendiri. 

Saya kira, waktu luang menjadi kesempatan yang baik untuk refleksi dan evaluasi diri. Sokrates pernah bilang, "kenalilah dirimu". Pernyataan Sokrates ini bukan sebatas anjuran untuk mengenal identitas parsial, seperti: asal, warna kulit, tinggi badan, nomor whatsapp, akun instagram, nomor KTP, dst. Lebih dari itu, Sokrates mengajak kita untuk merenung.

Yang jelas, Kita selalu merenung tentang sesuatu. Aktivitas merenung mustahil terjadi tanpa sesuatu yang direnungkan. Kita selalu merenung tentang sesuatu yang ada dan pernah terjadi dalam hidup kita. 

Rasionalitas dianugerahkan Tuhan justru untuk merenung. Kapasitas istimewa ini perlu digunakan dengan baik. Anjing tidak mungkin mampu merenung, karena anjing tidak memiliki fakultas rasional. 

Dengan rasionalitas, kita mampu merenung setiap peristiwa sedih dan bahagia yang pernah terjadi dalam hidup kita. Rasionalitas juga memungkinkan manusia menyusun rencana untuk ideal masa depannya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline