Lihat ke Halaman Asli

Iritasi Psikis

Diperbarui: 13 Maret 2016   16:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Iritasi psikis berasal dari aktivitas yang wajar (sumber: dok. pribadi)"][/caption]

 

Iritasi tidak hanya terjadi pada kulit atau mata, namun juga dapat terjadi pada iritasi psikis (selanjutnya akan disebut iritasi). Berbeda dengan stress, iritasi psikis bukan berasal dari bencana hidup namun berasal dari aktivitas yang wajar dilakukan pada umumnya.

Istilah ini diperkenalkan oleh seorang ahli dari Jerman bernama Mohr (1986). Iritasi muncul akibat dari situasi yang tidak menentu dan reaksi yang ditimbulkan berkaitan dengan situasi tsb. Mohr dkk (2004) mendefinisikan iritasi sebagai reaksi psikologis yang spesifik karena adanya hambatan dalam mencapai tujuan. Penyebab iritasi bentuknya bermacam-macam, misalnya tekanan karena waktu (Höge, 2009), konflik keluarga (Höge, 2009), interupsi ketika bekerja (Baethge & Rigotti, 2013), dan beban kerja (Jacobshagen et al., 2005).

Iritasi memiliki dampak baik secara pikiran maupun emosi. Iritasi dalam hal pikiran disebut juga ruminasi. Ruminasi berhubungan dengan usaha yang diberikan oleh seseorang dalam meraih tujuan namun terhalang karena adanya masalah (Mohr, 1991). Timbulnya ruminasi berasal dari gangguan yang terjadi secara otomatis dan berulang-ulang (Glynn dkk, 2002). Ruminasi berakibat negatif diantaranya dapat menyebabkan emosi negatif, menggunakan pikiran bukan untuk pekerjaan utama yang mengakibatkan penurunan kinerja, menurunkan kemampuan berpikir, bahkan menyebabkan depresi.

Iritasi emosi ditandai dengan berkurangnya semangat dan komitmen setelah memberikan usaha untuk mencapai tujuan (Kuhl, 1997). Ciri dari iritasi emosi ditandai dengan perasaan cemas, sedikit agresif, suka mengeluh dan menggerutu, serta berkurangnya motivasi (Mohr dkk, 2004). Senada dengan ruminasi, iritasi emosi juga dapat berakibat pada depresi. Bahkan, penelitian Dorman & Zapf (2002) menunjukkan bahwa dampak iritasi emosi lebih parah dibandingkan dampak ruminasi.

Ruminasi tidak selalu serta merta berdampak negatif bagi kita. Hasil penelitian Mohr dkk (2004) menyatakan bahwa masalah dalam pekerjaan justru dapat meningkatkan motivasi dalam bekerja. Selain itu, ruminasi juga memiliki korelasi positif dengan kesadaran akan pekerjaan dan komitmen kerja. Dengan demikian, ruminasi dapat disebut juga sebagai usaha atau dorongan untuk mencapai tujuan (Klinger, 1975).

Gangguan dalam aktivitas sehari-hari adalah hal yang lumrah. Meski demikian, kita tetap dapat menghadapinya. Terutama dalam pekerjaan, adalah hal yang bermanfaat jika kita memberlakukan prioritas dalam beraktivitas. Sehubungan dengan prioritas, prinsip Eisenhower dapat digunakan untuk membuat prioritas, entah dalam pekerjaan, entah dalam hidup. Prinsip ini membagi prioritas kedalam kelompok sbb:

1. Hal yang penting dan harus sesegera mungkin diselesaikan (important and urgent)

2. Hal yang penting namun tidak mesti diselesaikan saat itu juga (important and not urgent)

3. Hal tidak penting namun harus diselesaikan saat itu juga (not important and urgent)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline