Lihat ke Halaman Asli

veltin jemalu

Mahasiswa

Toilet di Sekolah

Diperbarui: 30 Mei 2024   16:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto dari akun Facebook  SMA  Kolese De Britto

Toilet di Sekolah

Oleh Valentinus Sirjon

Buku "Sekolah Impian" karya St. Kartono menyadarkan saya akan beberapa hal terkait pendidikan di negeri ini. Hal yang menjadi menarik perhatian saya adalah terkait sub judul 8 (halaman 40) yang judulnya "Menganggap Penting Toilet". Topik ini sungguh menarik karena related dengan sekolah saya dulu.

Ketika SD, saya masih mengalami menimba air dengan jarak berkilo-kilo meter untuk mengisi bak WC. WC ada, tapi airnya kosong. Hal  ini yang seharusnya diperhatikan oleh pihak sekolah maupun pemerintah. Membangun suatu hal atau objek sebenarnya harus totalitas. Jangan tanggung-tanggung. Membangun WC berarti harus disertai aliran air yang cukup.  

Begitupun ketika SMP dan SMA. Toiletnya tidak menyediakan fasilitas pipa atau alat penampung air. Pada hal ada aliran air di sekitarnya. Pintu-pintunya pun tidak ada yang benar. Kalau misal ada yang WC, berarti harus ada orang yang jaga di luar.

Hal yang serupa juga terjadi di sekolah-sekolah tetangga. Kebetulan kami sering mengadakan kegiatan antar sekolah. Kadang yang sering terjadi, WC sama airnya ada, tapi pengelolaan WC yang kurang tepat. Misalnya ada beberapa fasilitas dalam WC yang rusak. Fasilitas tersebut tidak diganti. Setahu saya, sekolah ada dana yang namanya dana perawatan. Jadi kalau  rusak, harus diganti.

Hingga pada akhirnya, toilet bukan lagi tempat yang nyaman untuk membuang hajat. Bahkan ada yang rela menahan lajunya pipis dan yang besarnya hanya karena malu dan takut. Malu nanti kalau selesai WC, tapi itunya tidak disiram atau bisa dibilang, takut menimbulkan aroma tidak sedap. Karena kalau sampai ketahuan, berati siap menerima risiko dibully sampai tamat sekolah. Takut karena WCnya seram. Suatu ruangan kalau tidak dibersihkan memang kadang terlihat menakutkan.

Sekolah di pelosok-pelosok atau daerah terpencil, seperti sekolah saya, hal macam ini kurang diperhatikan. Sekolah masih menganggap sepele keberadaan toilet di sekolah. Sekolah hanya peduli dengan ruang-ruang akademik atau ruang kelas/lab. Pada hal, pendidikan sejatinya tidak hanya ada di dalam ruang kelas atau lab. Pak Kartono bilang, "Jamban atau toilet pun menjadi ruang pendidikan, di sana para murid butuh diberi garansi dengan rasa aman yang bebas dari ancaman kekerasan, pun rasa nyaman untuk belajar hidup bersih dan manusiawi".




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline