Lihat ke Halaman Asli

Limbah Minyak Pengalengan Ikan Sebagai Peningkatan Nutrisi Otak

Diperbarui: 21 Mei 2016   08:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pengalengan ikan di Indonesia menduduki peringkat ketiga setelah China dan Peru sebagai negara penghasil ikan laut tangkapan (FAO, 2010). Berdasarkan data statistik Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2011, di Indonesia terdapat sekitar 114 perusahaan pengalengan ikan dengan jumlah produksi 3.500 ton kaleng pertahun. 

Dengan jumlah yang sedemikian besar sehingga limbah sisa proses pengolahan yang dihasilkan juga banyak dan sering menimbulkan masalah lingkungan. Salah satu dampak negatifnya adalah limbah buangan berupa limbah cair maupun limbah padat. Limbah cair dari proses pengalengan ikan berasal dari air proses pencucian dan sisa pemanasan. 

Limbah cair tersebut memiliki kandungan minyak ikan yang dapat dimanfaatkan kembali. Hal itulah yang mendorong lima mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya untuk mengembangkan suatu penelitian, yaitu pembuatan nanoemulsifikasi minyak hasil samping pengalengan ikan untuk meningkatkan penyerapan DHA sebagai nutrisi otak. Lima mahasiswa tersebut adalah Rinda Kusumawati, Erna Triyas Tanti, Nafisa Rahma Triasanti, Ismatul Avidah, Salma Nasikhah Banin ingin meneliti dan menguji seberapa besar efektivitas nanoemulsifikasi minyak ikan dengan menggunakan pengujian hewan coba, selanjutnya akan diaplikasikan pada manusia.

“Selama ini, jumlah limbah sisa proses pengolahan yang dihasilkan cukup banyak dan menimbulkan masalah lingkungan” ungkap Erna selaku anggota penelitian.  Alasan melakukan penelitian ini adalah Indonesia merupakan salah satu negara yang didominasi dengan perairan. Luas perairan Indonesia menyebabkan melimpahnya hasil perikanan saat ini.

Hal ini menyebabkan adanya suatu pemikiran untuk mengolah ikan menjadi bahan pangan yang awet. Oleh karena itu, saat ini banyak sekali berdiri industry pengolahan ikan, salah satunya adalah industri pengalengan ikan. Selain itu, Minyak ikan adalah salah satu sumber suplai makanan terbaik berupa asam lemak. Minyak ikan kaya akan kandungan ώ-3 seperti EPA (Eicosapentanoic acid) dan DHA (Docosahexanoic acid) yang berperan sangat penting bagi kesehatan. 

Berdasarkan studi epidemologi menunjukkan ώ-3 baik untuk perkembangan bayi, kanker, jantung, dan perkembangan otak. DHA diperlukan sebagai unsur pembentuk cawan untuk wadah rhodopsinyaitu senyawa vital penginderaan dan pengiriman balik sinyal yang diterima mata ke otak. Docosahexaenoic acid (DHA) merupakan unsur nutrisi yang juga penting dalam tumbuh kembang dan perkembangan saraf di otak dan membantu pembentukan jaringan lemak otak (mylenisasi) serta menjaga interkoneksi sel-sel syaraf otak terutama untuk mempengaruhi perkembangan otak.

Dalam melakukan penelitian ini, ada beberapa kendala yang mereka hadapi, seperti kendala waktu karena harus bisa membagi waktu antara kuliah dan penelitian. Akan tetapi dengan kerja tim yang bagus, kendala tersebut mampu mereka hadapi dengan baik.Penelitian yang sudah mencapai lebih dari 50% ini diharapkan dapat menjadi alternatif dan referensi terbaru dalam mengembangkan metode pengawetan ikan tuna yang sesuai. “Semoga penelitian kami ini dapat menjadi sumber referensi untuk membantu menyelamatkan ikan tuna di Indonesia”. Ungkap Nafisa Rahma, salah satu anggota penelitian ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline