Lihat ke Halaman Asli

Vela Amelia Okviana

Mahasiswa Komunikasi Sekolah Vokasi IPB

Inovasi Petani Milenial, Memilih Hidroponik sebagai Investasi Masa Depan

Diperbarui: 14 Maret 2022   16:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Habib Fadhlurrohman - CEO BSI Farm. Sumber foto : instagram @bsifarm

                    

Vela Amelia Okviana, Mahasiswa Komunikasi Sekolah Vokasi IPB.

Senin, 14 Maret 2022 – 14.17 WIB.

BOGOR – Habib Fadhlurrohman adalah mahasiswa yang patut dibanggakan atas inovasi hebatnya sebagai petani milenial di tengah Kota Bogor. Di usia 20 tahun, Habib berhasil membangun BSI Farm yaitu perusahaan pertanian hidroponik yang terletak di Komplek Baranang Siang Indah, Jalan Jatiluhur III, Blok D6, Nomor 2, RT 03 / RW 04, Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor, Jawa Barat. Meskipun tidak ada basic dalam bidang pertanian, pada Maret 2020 Habib memilih untuk membangun usaha hidroponik dan mengoperasikan BSI Farm karena mampu membaca peluang besar akan meningkatnya kebutuhan pemenuhan pangan.

Perusahaan BSI Farm ini adalah usaha yang menjanjikan karena budidaya sayuran hidroponik merupakan salah satu jenis pangan yang faktanya dibutuhkan oleh manusia sampai kapanpun. Pada intinya, Habib ingin menjalankan bisnis yang sifatnya berkelanjutan, tidak tergerus zaman, bermanfaat bagi masyarakat sekitar, dan memiliki omzet yang besar. Banyak keunggulan bertani menggunakan sistem hidroponik (media air) daripada sistem konvensional (media tanah). Pengelolaan hidroponik lebih mudah, praktis, dan efisien dibanding bertani secara konvensional. Hidroponik tidak memerlukan lahan yang luas, waktu yang lama, dan biaya operasionalnya yang rendah karena tidak membutuhkan tenaga banyak.

Bermodalkan ilmu pengetahuan dari internet dan pelatihan hidroponik ketika SMA, sekarang Habib sukses menjadi CEO BSI Farm yang memiliki luas lahan 15.000 m2 dengan 50.000 lubang media penanaman hidroponik. Komoditi utama hidroponik yang ditanam yaitu tanaman oriental (kangkung, sawi, bayam, pakcoi, dan lain-lain) serta western (selada dan kale). Dalam pengelolaannya, BSI Farm menggunakan sistem hidroponik unggulan yaitu NFT dan rakit apung. Untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal, Habib selalu melakukan kontrol nutrisi menggunakan air AB Mix yang tersirkulasi. Saat ini untuk mengelola BSI Farm, Habib memiliki jumlah karyawan mencapai 16 orang, meliputi sepuluh karyawan tetap dan enam karyawan upah. Karyawan upah sendiri dibutuhkan untuk melakukan packing sayur menggunakan plastik setiap hari untuk didistribusikan kepada konsumen.

Habib juga yakin bahwa mendirikan usaha pertanian hidroponik ketika pandemi memiliki sisi positif sangat banyak. Karena pada saat pandemi, masyarakat menjadi lebih paham akan pentingnya sayuran untuk kesehatan, apalagi sayuran hidroponik yang terkenal memiliki kualitas lebih baik dibanding dengan sayuran biasa (konvensional). Maka dari itu, permintaan pasar yang didapat sangat banyak. Bahkan BSI Farm menjadi supplier atau pemasok tetap di platform penjualan online dan offline yaitu Market Place “Sayur Box-Tokopedia”, beberapa restoran, orderan dari perumahan, dan lain-lain. Banyak cara yang dilakukan untuk meningkatkan penjualan, seperti memberi bonus produk, diskon, dan gratis ongkir untuk menarik minat konsumen.

Budidaya hidroponik BSI Farm membutuhkan modal yang sangat besar mencapai 300 juta rupiah lebih, namun Habib yakin dan tetap gigih untuk menjalankan bisnisnya karena usaha ini sangat menjanjikan. “Prinsip saya, bisnis yang berkelanjutan bisa menjadi investasi masa depan”, ungkap Habib. Ini terbukti dengan omzet yang didapat Habib mencapai 40-50 juta rupiah per bulan. Hal ini dikarenakan  sektor industri yang dijalankan Habib setiap harinya selalu melakukan penanaman, penyemaian, panen, dan penjualan. Selain itu, aspek penting berbudidaya hidroponik menurut Habib, yaitu harus memperhatikan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas agar mampu meraih kesuksesan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline