Lihat ke Halaman Asli

Vela elpita

Mahasiswa

Mengukir Cerita di Nagari Panyalaian

Diperbarui: 31 Agustus 2024   15:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Selamat Datang di Nagari Panyalaian

Perjalanan panjang yang kami tempuh dari kota Padang menuju ke kabupaten tanah datar,nagari Panyalaian, kecamatan Sepuluh Koto (X Koto) terasa sebanding dengan keindahan alam yang menyambut kami. Setelah berjam-jam melintasi jalanan berliku dan mendaki perbukitan yang hijau, akhirnya kami tiba di nagari yang dikelilingi oleh sawah yang membentang luas dan gunung-gunung yang menjulang di kejauhan. Saat itu, aku tahu bahwa 42 hari ke depan akan menjadi pengalaman yang tidak akan terlupakan.

Kami, sekelompok mahasiswa dari berbagai jurusan, telah dipilih untuk menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Nagari Panyalaian. Sebagai bagian dari program ini, kami harus tinggal bersama penduduk lokal dan berbaur dengan kehidupan sehari-hari mereka. Meskipun ini adalah pengalaman pertama bagiku untuk tinggal di desa terpencil, perasaan cemas dan antusias bercampur menjadi satu. Ada beberapa teman KKN yang dia antar oleh orang tua dan kami di sambut oleh anggota kantor wali panyalaian dengan begitu ramah, senyum dan sopan santun.

Setibanya di desa, kami disambut oleh Pak Wali Nagari dan buk sekretaris. Setelah selesai penyambutan dari wali nagari panyalaian, kami semua di antar ke posko cewek di jorong kubu diatehpak jorong di panyalaian yang memperkenalkan kami kepada bapak punya rumah (posko) dan masyarakat nagari panyalaian. "Nagari ini adalah rumah kalian selama 42 hari ke depan",  kata sekretaris wali nagari dengan senyum ramah. Ucapan itu menyentuh hati kami semua, membuat perasaan canggung yang semula ada, perlahan menghilang.

kami semua di antar ke posko cewek di jorong kubu diateh dan di sambut oleh pak Asril dengan baik hati. Posko kami itu adalah milik orang tua almarhum dari orang tua pak Asril. Dan ada bapak jorong kubu diateh yang bertanggung jawab untuk menjaga anggota KKN selama tinggal di jorong kubu diateh.

Aku ditempatkan di rumah almarhum orang tua Pak Asril. Rumah mereka sederhana namun nyaman, dengan dinding setengah kayu dan setengah semen dan atap rumbia yang menambah kesan hangat. Dan rumah itu tersebut memiliki 1 kamar mandi walaupun tidak cukup untuk 21 orang cewek. Kami akan giliran untuk mandi walaupun memerlukan waktu yang cukup lama dan kami semua sabar untuk menjalankan dan menerima apapun itu. Pak Asril menyambut kami semua dengan wajah senyum dan bahagia, memastikan aku merasa nyaman di rumah baruku. Malam itu, kami makan malam bersama-sama teman KKN dan bercerita bersama-sama.

"Selamat datang untuk anggota KKN dan semoga nyaman tinggal di rumah ini" kata pak Asril. 

"Terimakasih, pak " jawab anggota KKN 

Menyatu dengan Kehidupan Desa

Keesokan paginya, aku bangun pagi jam 05.00 untuk melakukan sholat subuh di posko. Selesai sholat subuh, aku pergi jalan-jalan pagi dengan menghirup aroma segar dari nagari panyalaian. Hari pertama di Nagari Panyalaian, aku mulai menyesuaikan diri dengan rutinitas warga. Selepas sarapan, aku melakukan kegiatan membersihkan posko bersama-sama. Dan membantu warga di kebun untuk menanam sayur-sayuran.

Bekerja di kebun adalah pengalaman baru bagiku. Di bawah terik matahari, kami menanam sayuran bersama warga lainnya. Meskipun tubuhku lelah karena belum terbiasa, ada kepuasan tersendiri saat melihat sayuran yang hijau yang tertanam rapi. Pak Asril bercerita bahwa bertani bukan hanya soal menanam dan memanen, tapi juga soal menjaga keseimbangan alam. Setiap musim, mereka melakukan ritual syukuran untuk memastikan panen yang melimpah, sebuah tradisi yang mereka jaga dengan penuh penghormatan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline