Lihat ke Halaman Asli

Terkejar

Diperbarui: 21 Januari 2019   02:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Mari bercerita kembali, berkaca pada masa lalu tentang hal yang tak ingin dilupakan. Kenangan tentang masa indah dulu, di saat waktu belum mengatakan kebenaran akan kita berdua. Di saat aku masih mengagumi dan kau sebaliknya seperti itu padaku. 

Momen dimana kita menghabiskan waktu berdua, setiap hal yang selalu kita lakukan bersama, pergi dan melakukan aktivitas yang dilakukan berdua. Kejujuran hati ini tak bisa berkutik akan perasaan itu sendiri, jika kau berkata harus ikhlas dan melepaskan semua yang pernah terjadi, mungkin memang aku dapat berkata "iya" namun aku sendiri tak bisa berkelit bahwa kau tetap masih ada dan tetap di sini, 

Ya disini, di letak hatiku yang selalu tersembunyi dan coba untuk aku buang. Semakin aku mencoba menghilangkannya dia semakin kuat bertahan dan melekat. Seandainya kau tidak datang dan menerima aku di dalam hidupmu mungkin ceritanya akan berbeda, aku tidak akan melewati fase bertahan dan berdiri sendirian. Berdiri di atas kakiku sendiri, yang mencoba membawa tubuhku untuk melangkah ke tempatmu, 

yang bahkan ketika mataku melihat fotomu saja sudah menjadi sebuah kepuasan bagiku. Munafik jika aku berkata aku tidak lagi mengagumi dan mencintaimu, banyak sudah yang kita lewati dan pelajari bersama. Keindahan sementara itu bagiku berharga, aku tidak tahu denganmu, apa anggapanmu tentang yang selama ini terjadi, dimana kita berkendara berdua, melewati masa sulitmu dan sulitku berdua, harus mencari alasan untuk bertemu, yang harus menabung dan menahan selera untuk tujuan kita berdua dalam menuju satu tujuan yang akan kita lewati bersama. 

Aku ingin bertanya kabar dan perasaan, apa yang kau rasakan ketika kau melihat setiap kuntum bunga yang kau katakana padaku bahwa kau masih menyimpan semuanya, bunga yang aku berikan padamu, apakah masih kau simpan kadoku padamu sebagai salam perpisahan terakhir kita, hewan yang paling aku takuti itu kutangkap untuk menunjukkan padamu bahwa ketakutan ku untuk kehilanganmu lebih besar daripada hewan itu. Ah....... 

Bodohnya aku masa itu bercerita disini tentang hal yang mungkin tak akan pernah kau baca dan kau lihat. Kau tetap akan ada bagiku, walaupun keadaan sekarang akan berubah dimana kau sudah tidak sudi lagi melihat dan bertemu denganku, itulah yang harus aku terima, namun dengan seperti itu rasa ini makin membesar. Apa yang harus aku lakukan, berlaripun aku, kau tetap hadir dan datang, bersembunyi pun aku kau dapat menemukan aku




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline