Lihat ke Halaman Asli

Ibuku Sayang

Diperbarui: 2 April 2016   16:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ibuku sayang..
mengapa kian hari kau tak segesit dulu

Langkahmu lambat, nafasmu terengah ..lelah

Dulu, ..kakimu gesit bagai rusa yang berlari lincah
..ketika aku hampir jatuh memanjat tangga

Dulu dari mulutmu sering mendendangkan sebuah lagu,.serta mengajariku untuk menari bersamamu
Dan...
Ketika tarianku tampak lucu, tawamupun meledak terbahak- bahak hingga bercucuran air mata

Engkau menimangku saat ku rindu untuk terlelap dalam pelukanmu

Ibuku..sayang..
Dulu engkau begitu ceria sepanjang hari lewati hari demi hari menunggu ayah pulang..

Tapi kini
Engkau begitu lambat untuk berjalan.
Bahkan tak mampu lagi berlari mengejarku saat aku melompat- lompat di atas sofa ruang tamu dan akupun terjatuh

Aku menangis karena sakit terbentur kerasnya lantai
Tau kah ibu? Aku merasa lebih sakit lagi, kau tarik telingaku dengan hardikanmu mengatakan aku anak nakal.
Kau mengusap kepalaku tapi kau terus menghardikku.

Aku semakin kencang menangis,itu membuatmu semakin kencang berteriak

Aku takut melihat wajahmu yang lembut dan manis berubah penuh kemarahan dan garang

Ibuku sayang..
Semenjak perutmu tampak semakin besar,..engkau mulai malas menemaniku bermain

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline