Oleh: Vega Ma'arijil Ula
Pesta olahraga se-Asia Tenggara atau yang lebih dikenal dengan nama Sea Games merupakan ajang olahraga dua tahunan yang diikuti oleh 11 negara, diantaranya Indonesia, Brunei Darussalam, Myanmar, Vietnam, Laos, Kamboja, Thailand, Timor-Leste, Filipina, Singapura, dan Malaysia. Di tahun 2017 ini, nama negara yang terakhir disebut terpilih menjadi tuan rumah sekaligus menuai berbagai reaksi kontroversial diberbagai cabang olahraga. Di cabang sepakbola misalnya, Timnas Indonesia U-22 menerima rentetan kekecewaan yang diberikan oleh pihak panitia, seperti terbaliknya warna bendera Indonesia yang seharusnya adalah merah diatas, putih dibawah terbalik menjadi putih diatas dan merah dibawah. Gambar terbaliknya bendera Indonesia itu terdapat dibuku panduan Sea Games dihalaman 80. Ironisnya tak hanya dibuku panduan halaman 80, melainkan juga terdapat dibuku tersebut pada halaman 32, namun kali ini bendera Indonesia ditukar dengan bendera Thailand. Tak hanya itu, kesalahan gambar bendera Indonesia juga terlihat di surat kabar Malaysia yang digambarkan dengan warna putih diatas dan merah dibawah. Tentu hal-hal tersebut bukanlah sebuah kebetulan.
Sebelum laga perdana kontra Thailand, Timnas Indonesia U-22 juga direpotkan dengan sopir bus Timnas Indonesia U-22 yang kerap kali nyasar. Tak hanya itu, saat tiba di Stadion jelang kontra Thailand, pintu stadion masih dalam kondisi terkunci dan harus menunggu selama 10 menit hingga pintu dibuka. Rentetan kekecewaan belum usai, Timnas Indonesia U-22 yang menginginkan latihan tertutup tidak dipenuhi oleh panitia mengingat lapangan masih digunakan oleh publik yang melakukan aktivitas jogging. Selain itu, Timnas U-22 juga tidak mendapat kesempatan menjajal lapangan, terlihat saat beberapa kali Marinus Manewar tergelincir diatas lapangan, padahal setidaknya tim yang akan bertanding harus menjajal lapangan minimal satu kali. Setelahnya, setiap akan bertanding Timnas Indonesia U-22 juga tak lagi menggunakan bus melainkan diganti dengan vans kecil yang notabene kurang layak untuk jarak tempuh 32 Km. Tidak hanya sampai disitu, ulah panitia Sea Games Malaysia 2017 juga terlihat saat Timnas U-22 menuju hotel Royale untuk makan malam. Seperti biasanya Timnas-U22 selalu menjadwalkan makan malam dipukul 9 malam, tapi saat tiba dihotel Royale seluruh makanan sudah habis. Asisten Timnas U-22, Bima Sakti sempat kaget dengan hal tersebut. Padahal jika berkaca pada turnamen Hassanal Bolkiah Trofi di Brunei, kejadian seperti ini tidak pernah terjadi, apalagi ini sekelas Sea Games. Tuan rumah terkesan tidak siap. Selanjutnya, sebelum laga melawan Vietnam dimana banding kartu kuning Evan Dimas ditolak merupakan bentuk kejanggalan dimana saat laga kontra Timor-Leste, Evan adalan korban, bagaimana tidak dirinya dijatuhkan oleh pemain Timor-Leste tapi justru Evan mendapatkan ganjaran kartu kuning. Saat laga lawan Vietnam, permintaan pemindahan stadion ke stadion Stadion Shah Alam tidak mendapat lampu hijau. Hal ini mengingat di Stadion Selayang Muncipal Council Timnas tidak mendapatkan kesempatan mencoba rumput lapangan, serta kapasitas stadion yang dirasa tidak cukup guna menampung supporter Timnas U-22. Hal ini mengingat keinginan Menpora agar KBRI Indonesia di Malaysia memfasilitasi supporter untuk memberikan dukungan langsung di stadion, namun hal tersebut tidak dipenuhi oleh pihak panitia. Belum selesai, setibanya di Stadion Selayang Muncipal Council, supporter Timnas-U22 yang sudah mempunyai tiket tidak dapat masuk kedalam stadion dimana beberapa supporter terlibat saling dorong karena tidak diperbolehkan masuk oleh pihak panitia padahal pertandingan sudah berlangsung. Walaupun pada akhirnya supporter diperkenankan masuk. Meski demikian tidak semua supporter dapat masuk kedalam stadion, hal ini dikarenakan kurangnya kapasitas stadion.
Belum selesai sampai disitu, jika kita cermati lagu yang juga dimainkan saat pembukaan Sea Games di Stadion Bukit Jalil, Malaysia lagu asal Maluku, Indonesia "Rasa Sayange" diklaim merupakan lagu asal Malaysia. Sungguh merupakan hal memalukan tentunya. Ketidaksiapan Malaysia sebagai tuan rumah mendapat sorotan dari netizen, bahkan tagar "ShameOnYouMalaysia" menjadi Trending Topic di Twitter. Beralih ke cabang lain, Sepak Takraw putri juga mendapatkan hal serupa. Timnas Takraw putri dianggap melakukan kesalahan servis saat menjamu Timnas Takraw Malaysia. Wasit asal Singapura yang memimpin jalannya pertandingan, beberapa kali menganggap servis Timnas Takraw Putri dilakukan dengan mengangkat kaki dan keluar dari garis lingkaran. Padahal jelas melalui rekaman video tidak terbukti, justru Timnas Takraw Malaysia-lah yang pada saat melakukan servis kaki pemain keluar dari garis lingkar. Berdasarkan aturan takraw saat melakukan servis, kaki tidak diperkenankan keluar dari garis dan kaki tumpuan tidak diperbolehkan melompat. Sungguh Timnas Takraw putri dirugikan dengan bobroknya kepemimpinan wasit. Padahal untuk pagelaran sebesar Sea Games, hal sederhana seperti ini tak perlu terjadi karena dapat me cederai sportivitas. Dicabang panahan, Tim panahan beregu putri Indonesia juga dicederai oleh pihak wasit. Anak panah dari Tim panahan beregu putri dari Malaysia yang seharusnya masuk di angka 8 justru dihitung masuk diangka 9. Akibatnya Tim panahan beregu putri Indonesia mendapatkan medali perak, sedangkan Tim panahan beregu putri dari Malaysia mendapatkan medali emas. Sungguh hal ini merugikan kontingen Indonesia. Selanjutnya pada statistik daftar pencetak gol, Septian David Maulana yang notabene adalah pemain Timnas Indonesia U-22 justru dianggap sebagai pemain Singapura. Hal ini terlihat pada kesalahan gambar bendera yang seharusnya bendera Indonesia, namun yang dipasang adalah bendera Singapura. Sebuah kesalahan yang seharusnya tidak perlu terjadi di pagelaran Sea Games.
Tidak hanya itu, ketidaksiapan tuan rumah Malaysia dalam menggelar Sea Games juga teihat dari dirugikannya kontingen dari berbagai negara peserta. Filipina misalnya, walaupun tidak dirugikan oleh tuan rumah secara langsung, akan tetapi bus yang ditumpangi atlet filipina mengalami kecelakaan. Ada 13 atlet Squash yang mengalami kecelakaan. Akibat insiden ini pertandingan squash ditunda. Selanjutnya, Thailand yang juga dirugikan perihal bendera Thailand yang ditukar dengan bendera Indonesia. Tak hanya itu, atlet Squash Thailand juga mengalami kecelakaan bus. Myanmar juga demikian. Saat menjamu Laos pada cabang sepakbola putra, supporter Myanmar dibatasi. Ditambah lagi supporter yang tidak dapat masuk stadion tidak diberi layar lebar untuk menonton diluar stadion. Kemudian untuk Timnas putri Myanmar hal serupa juga terjadi. Setelah berhasil mengalahkan Timnas putri Malaysia 5-0, Timnas sepakbola putri Myanmar terlantar hingga pukul 23:40 waktu setempat karena tidak ada sopir yang menjemput dan mengantarkan kembali ke hotel. Ditambah lagi dengan atlet Squash Myanmar yang juga mengalami insiden kecelakaan bus. Brunei Darussalam juga dirugikan perihal bendera, bendera Brunei yang seharusnya terdapat garis putih hitam, tergambarkan menjadi garis putih, merah, hitam. Selanjutnya adalah Vietnam dan Laos yang merasa dirugikan atas keinginan Malaysia untuk memilih grup yang diinginkan pada cabor sepakbola. Karena hal tersebut melanggar sportivitas.
Tidak berhenti disitu, supporter Malaysia bahkan melontarkan kata-kata kurang sopan kepada pemain Singapura saat pertandingan sepakbola antara Malaysia melawan Singapura. Bahkan salah seorang supporter Singapura, Rashidah Begum Shye mengatakan bahwa "Kami penduduk Singapura hanya kalah dalam pertandingan, tetapi supporter Malaysia kehilangan moral dan semangat bertanding." Bahkan beberapa media mengatakan bahwa Sea Games Malaysia tahun ini disebut sebagai Sea Games terburuk sepanjang pagelaran Sea Games.
Vega Ma'arijil Ula
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H