sejujurnya saya mengakui kalau saya tidak paham apa yang ingin saya tuliskan hari saat ini, namun saya akan mencoba membagi apa yang saya ketahui dari materi ini.
Yang dapat saya tangkap dari materi ini ialah semejak awal abad ke-17 Makassar menjadi titik komersial, sebagai basis bagi semua pihak yang sedang mencari jalan untuk menghindari usaha VOC memonopoli perdagangan rempah di Maluku.
Makassar beralih dari satu keberhasilan satu ke kenerhasilan lain, tak hanya pada soal penaklukan tetapi juga dalam inovasi teknik dan intelektual.
Kemampuan Makassar bersikap pluralisme atau sikap menguasai dan menyerap kekuasaan lainnya dengan mengawini sehingga menjadi keluarga kerajaan dan menguasai benda pusakanya seperti kerajaan-kerajaan kecil di wilayah itu yang kini di kenal sebagai Takalar dan Maros membawa Makassar pada puncak kejayaannya di abad ke-17 . Dan jika saja kekuatan Belanda-Bugis tidak menginterupsi proses sentralisasi , Makassar bisa menjadikan Sulawesi Selatan sebagai kerajaan tunggal di bawah satu kekuasaan dinasti.
Kemudian pada abad ke-18 dan ke-19 pedagang pelaut kecil Bugis menjadi kelompok perekonomian lokal yang paling tanggap terhadap pertumbuhan dominasi Eropa dan China, yang tak dapat dihindari, dalam perdagangan di Asia Tenggara. Pada masa kini tetap tersisa tanda-tanda bahwa Sulawesi Selatan memiliki ciri khas yang bisa menjadi sumbangan berharga bagi Indonesia dalam perjuangan mencapai tujuan modernisasi.
Mungkin pembahasan kali ini sedikit rancuh. Namun saya tetap berharap dapat bermanfaat bagi kalian yang membacanya
sekian dan Terima kasih :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H