Lihat ke Halaman Asli

Vebiana Sabila

pelajar sekolah

Persepektif Gen Strawberry terhadap Projek P5 dalam Kurikulum Merdeka

Diperbarui: 3 Agustus 2024   22:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Gurusiana.com

P5 mungkin itu sudah bukan suatu yang asing di telinga para pelajar sekarang. Terlebih, program pendidikan kini telah berganti menjadi kurikulum merdeka. Tentu, ini telah menjadi hal umum bagi pelajar, karena di kurikulum merdeka terdapat P5 atau Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila merupakan salah satu kegiatan diluar pembelajaran. Kegiatan yang dimana untuk membentuk karakter pelajar sesuai dengan penerapan sila-sila dalam Pancasila. P5 juga dibentuk untuk mendorong pelajar agar terus berkarya, dan kreatif. Mengambangkan pikiran dan ide melalui sebuah karya di dalam sebuah projek.

Kini, di Kurikulum merdeka siswa-siswi yang sudah memasuki jenjang SMA tidak lagi memilih jurusan. Seperti, IPA atau IPS. Perubahan tersebut sangat signifikan bagi pelajar yang sudah memasuki jenjang SMA. Ketika memasuki jenjang SMA, mereka akan disuruh memilih mata pelajaran berdasarkan mapel pilihannya. Mata pelajaran sesuai dengan apa yang mereka minati.

Hal itu dapat berpengaruh terhadap pembelajaran dikelas. Dimana terkadang banyak siswa-siswi yang malas mengerjakan tugas hanya karena tidak suka dengan mapel nya. Tetapi kini telah berbeda, siswa-siswi bebas memilih mapel pendukung yang diminati.

Memang selain metode pemilihan mata pelajaran yang berubah di kurikulum merdeka. P5 juga tak bisa lepas kaitannya dari Kurikulum Merdeka. Dimana P5 menjadi bagian dari metode pembelajaran di kurikulum merdeka. Lalu, bagaimana Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila ini menurut Persepektif Gen Strawberry? 

P5 atau kerap disebut projek oleh pelajar. Tak jarang, pelajar kini suka mengeluh tentang projek yang sedang dikerjakan. Termasuk saya sebagai pelajar generasi Strawberry atau sebutan lainnya generasi Z. 

Dengan adanya projek, siswa-siswi didorong untuk kreatif dalam pengerjaan projek. Tak hanya kreatif, tetapi juga harus berpikir kritis. Hal ini menjadi tantangan sendiri bagi generasi yang sedang berada di kurikulum merdeka.

Tantangan untuk terus berkreasi menciptakan sesuatu yang indah dan layak untuk dijadikan hasil akhir dalam tema projek tersebut. Layaknya sebuah perlombaan, setiap tim dari p5 akan dipilih mana yang terbaik dari tema projek yang dikelola. 

Alur dari kegiatan P5 dari setiap sekolah mungkin bisa berbeda-beda. Namun, mereka kerap sekali mengeluh hal yang sama. Seperti, "Bukan P5 namanya kalau gak keluar uang." Tak jarang perkataan tersebut keluar dari keluhan para pelajar yang tengah mengerjakan projek nya.

Tak jarang juga, para pelajar mengeluh cape dengan P5. Apalagi, kurikulum merdeka ini terbilang masih baru dan siswa-siswi harus beradaptasi dengan adanya P5 di kurikulum ini. Di paksa untuk terbiasa dengan metode pembelajaran dengan ada nya tambahan P5 di sekolah.

Tujuannya memang sangat bagus, mengembangkan kreativitas pelajar juga mendorong sikap sesuai dengan sila-sila dalam Pancasila dan untuk membentuk karakter melalui kegiatan P5. Tetapi, sesekali mengeluh tentang perasaan nya beradaptasi dengan kurikulum merdeka bukan suatu hal yang bisa dikatakan buruk. Sebagai bentuk mengeluarkan suara mengenai kurikulum yang tengah dijalani.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline