Lihat ke Halaman Asli

Vee

tidak ada

Isu Kesehatan Mental dan Perjuangan untuk Kebebasan Psikologis

Diperbarui: 8 Januari 2025   23:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

PENDAHULUAN

Seringkali atau bahkan banyak hal tidak terduga dalam menjalani kehidupan ini tentu saja banyak melewati kejadian-kejadian yang tragis dan berdampak pada diri sendiri, keluarga, dan lingkungan yang dapat dihindari dan atau bahkan tidak dapat dihindari, meskipun tindakan pencegahannya dilakukan secara serius dan upaya secara optimal untuk mengatasinya tetap saja masih menganggu fikiran yang berakibatkan tidak sehatnya mental seseorang, adapula hal hal tragis itu terjadi seperti kehilangan orangtua atau orang yang dicintai, mengalami kecelakaan, cacat fisik, menderita penyakit mematikan, kegagalan dalam keluarga, mengalami kehamilan yang tidak diinginkan, keguguran, perceraian, kemiskinan, kehilangan pekerjaan, dan berbagai musibah lainnya.

Jika peristiwa tragis tersebut tidak bisa diselesaikan dengan cara yang benar dan diterima dengan sikap, akal yang benar, maka dapat menimbulkan stres, kekecewaan, trauma, depresi, rasa malu, kesedihan, terhina, ketakutan, kemarahan, rendah diri, putus asa, hampa, dan tidak berarti. Bukan emosi yang memilikinya, tetapi rasa emosi tidak menyenangkan lainnya yang mengakibatkan perilaku tidak normal, dapat mempengaruhi kesehatan mental.

Kehidupan modern muncul di tengah-tengah Generasi Z, di sisi lain modernisasi telah memungkinkan kemajuan yang luar biasa, khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, disisi lain, ia menggambarkan wajah kabur umat manusia modern sebagai kesengsaraan spiritual. Modernisasi telah menjerumuskan masyarakat ke dalam kesengsaraan psikologis. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari paradigma modernitas yang terlalu materialistis dan mekanistik serta terabaikannya unsur nilai normatif. Hal ini menimbulkan berbagai masalah tentang kesehatan mental. Menurut Kartono (1989:5), fenomena tersebut merupakan gejala penyakit jiwa dan bermanifestasi sebagai gangguan ketenangan batin dan ketentraman jiwa. Banyak orang yang mengalami penderitaan berat dan tidak mampu mengatasi kesulitan yang menimpa mereka.

Namun, beberapa di antara mereka berhasil mengatasi kesulitan dan perasaan tidak menyenangkan yang timbul akibat penderitaan. Mereka dapat mengubah pengalaman hidup mereka dari tidak berarti menjadi bermakna. Beberapa dari mereka bahkan mampu mencapai hal-hal besar dengan menemukan hikmah di balik penderitaan mereka. (Dudy Imanuddin Efendi, 2017, Implikasi bimbingan dan konseling islam terhadap Kesehatan Mental

HASIL DAN PEMBAHASAN

Metode Filsafat eksistensialisme adalah gerakan filosofis yang menganut pemahaman bahwa setiap orang harus menciptakan makna di dalam alam semesta yang buram, kacau, dan terkesan kosong ini. Eksistensialisme berasal dari kata "eksistensi", dengan akar kata "eks" "keluar" dan menjadi "berdiri". Oleh karena itu, kata "eksistensi" dapat diartikan sebagai Manusia keluar dari dirinya sendiri dan menegaskan dirinya sendiri, dan membuat manusia sadar akan keberadaannya sendiri.  Kesehatan mental dalam perspektif eksistensialisme merupakan pandangan yang berhubungan pada karakter individu, yang bebas bertanggung jawab atas segala keinginannya, terlepas apakah itu salah atau tidak. Dalam filsafat eksistensialisme menganggap semua manifestasi terfokus pada keberadaan individu.

Pada dasarnya eksistensi berarti keberadaan, namun dalam filsafat eksistensialisme mempunyai arti tersendiri yaitu seseorang yang ada di dunia lain atau berbeda. Filsafat eksistensialisme memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk berpikir kritis tentang makna kehidupan manusia, guna melanjutkan kehidupannya. Eksistensialisme berpendapat bahwa individu bertanggung jawab penuh atas pengetahuan mereka sendiri dan sumber utama wawasan individu adalah pengalaman seseorang itu sendiri. (Oktaviana & Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2022)

KESIMPULAN 

Kesimpulan utama pada artikel ini ialah bahwa cara menjaga kesehatan mental mahasiswa menurut perspektif eksistensialisme ialah dengan cara mampu menghadapi ketakutan, kekhawatiran dalam hidup, carilah kebahagiaan diri sendiri, hadapi segala hal dengan fikiran yang jernih yaitu dengan memperbaiki ibadah dengan sang khalik, menjauhi hal yang buruk yang membuat fikiran semakin buruk dan merusak mental, dan atasi kesulitan dan perasaan menyenangkan yang timbul akibat penderitaan. Lalu ubahlah pengalaman hidup dari tidak berarti menjadi bermakna, bebaskanlah diri sendiri dalam melakukan tindakan hingga pada puncak kebahagiaan dan bertanggung jawablah atas tindakan itu.

DAFTAR PUSTAKA

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline