Lihat ke Halaman Asli

Cuma Dua Bulan Setengah.....

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kaget, tidak percaya, dan entah apalagi (lebay deh). Itulah nano-nano yang saya rasakan ketika mendengar kabar itu. Kabar dari seorang teman kecil, seperjuangan saat berseragam merah putih, dan teman debat serta diskusi di masa putih biru. Dan yang lebih disayangkan adalah saya sebagai sahabatnya, mengetahui cerita ini sangat amat terlambat dan bukan dari mulutnya sendiri. Pernikahan yang saya hadiri sesuai permintaannya itu, hanya berumur dua setengah bulan saja!!!

Awal-awal pernikahannya, seminggu tepatnya. Ayu (kita sebut saja begitu) berkirim sms yang berisi keluh tentang suaminya. Saat itu saya hanya bisa menyarankan untuk bersabar karena butuh waktu untuk saling menyelami isi hati masing-masing ( berasa bijak gitu deh :P). Tak lama telpon di sore hari dengan topik yang sama. Sebagai sahabat, saya masih setia mendengar dan meluruskan yang saya anggap bengkok, tentu sesuai kapasitas dan kemampuan saya. Lama-lama kok keseringan banget sih? Saya mulai bosan. Gimana engga, masa curhat masalah rumah tangga sama yang belum nikah? Tapi saya kemudian berfikir, mungkin si Ayu ini merasa nyaman dan aman ngoceh sama saya ( narsis kumat!). Saya tidak curiga saat sms bernada putus asa dan pasrah darinya saya terima. Bahkan saya malah bingung. Kok dia berani ambil keputusan menikah, padahal dari ceritanya, mereka baru beberapa bulan bertemu atau dipertemukan orangtua mereka lebih tepatnya. Saat awal sebelum keputusan menikah, saya sempat memberi saran untuk berfikir matang. Dan jangan "terbebani" orang tua. Karena menurut saya, orang tua hanya "ikut" mencarikan saja, keputusan tetap ada di tangan dia yang akan menjalani rumah tangga. Tapi sekali lagi, saya hanya teman yang cuma bisa kasih saran, keputusan tetap dia yang ambil dong....:D

Kembali ke cerita si Ayu. Saya bisa memastikan bahwa dia hanya ingin membahagiakan orang tuanya, dan tuntutan lingkungan. Di kampung kami, usia 22 tahun adalah usia yang sangat amat pantas untuk menikah. Apalagi Ayu tidak punya kegiatan alias nganggur. Ditambah lagi seumuran kami memang rata-rata sudah menikah dan bahkan ada juga yang telah menjadi janda 2 kali (ngeri bayangin nya). Dan saya masih ingat saat dia mengabarkan tentang hari pernikahannya, Ayu berkata, " Mau apalagi coba Pey? Kuliah engga, kerja engga, ortu nyuruh nikah ya udah lah!". Weedddeeeeew!!! sesederhana itu kah alasan untuk menikah??? Saya ga bisa bayangkan jika semua remaja di kampung saya berfikiran seperti itu. Ckckckckckck

Hadeeeeuuuh. Saya kembali teringat sms dari Ayu beberapa minggu yang lalu yang ternyata sudah menjanda itu. "Jangan sampe kamu nikah muda, Pey!" wuaddduuuh kok kesannya saya mau ngikutin jejak dia yang nikah muda ya? Dan juga terbalik dengan fakta dan omongan dia dulu!!! Ya sudah lah.

Ngomong-ngomong kok ini tulisan ngalor ngidul ga beraturan yak? Bodo aaaaaaaaaaah wheuheuheuheu

*salam narsis *_^




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline