Seperti biasanya, ku langkahkan kaki secepat yang aku bisa. Betul! Aku sudah terlambat. Masih bisa ku sebut bahwa aku beruntung karena tempat ku mencari rizki bisa ditempuh dengan berjalan kaki 10 menit.
Tapi, aku merasa ada yang tidak biasa. Jakarta hari ini di mataku sedikit gelap. Ku tatap langit berhias matahari yang bersinar! Awwww mataku sakit dibuatnya. Sejurus aku menyadarikehilangan benda yang selalu terpasang indah di depan mataku. Heei……..Aku lupa sahabat sejatiku. Di mana dia? Ku obrak-abrik tas kesayangan yang sudah 3 tahun setia menemaniku.
Braaaaaaaaaaggggggkkkkk…….. ku dapati tubuhku mendarat indah di aspal! Tepat di depan kerumunan orang yang tengah menunggu bus kota. Beragam reaksi memang. Dan heeeeeeii…. Ada seseorang yang menyungingkan senyum di bibirnya menatap ke arahku!!! Dia!!! Dia yang setiap hari ku lalui dengan debar tak menentu. Dia yang tak pernah sedikitpun melepaskan pandangannya dari buku itu. Dan kini dia menawanku dengan senyumnya!!!
Aku merasa pipiku menghangat. Aku tahu apa artinya itu. Aku malu! Untuk apa? Aku tak tahu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H