"Saya Muslim, Saya Dukung Ahok"
"Saya Muslim, Saya Pilih Ahok"
Mungkin kalimat-kalimat itu sudah hampir setiap hari kita lihat diberbagai postingan media sosial juga berita, terutama media online. Sebuah gerakan yang dilakukan oleh para pendukung Ahok untuk maju dalam Pilgub DKI Jakarta tahun depan, terkait adanya sebagian masyarakat Muslim di Jakarta yang menolak beliau dengan dalil agama. Bahkan fenomena itupun tidak hanya diikuti oleh para warga Jakarta, tapi mungkin menjadi pembahasan seluruh masyarakat dinegeri ini.
"Ahok jadi Gubernur ? Dia Cina, Kristen pula". Kalau saya pribadi tidak peduli, siapapun yang memenuhi syarat dalam UU terkait pemilu, dia punya hak untuk dipilih dan memilih. Masa bodo mau dia Jawa, Sunda, Batak, Papua atau dia yang disebut Cina, Arab, India atau lainnya. Terserah juga agamanya apa, mau dia Islam, Hindu, Buddha, Kristen, Konghucu atau mungkin pemeluk aliran kepercayaan leluhur. Intinya, semua sudah diatur dalam UU, soal kita mau pilih siapa dan dengan pertimbangan apa, itu urusan pribadi, asal tidak saling mempengaruhi atau melakukan cara kotor dalam mendukung.
Balik ke gerakan "Saya Muslim, Saya Pilih Ahok". Jauh sebelum hebohnya gerakan ini, terlebih dulu sudah ada perdebatan soal "haram memilih pemimpin kafir". Saat itu, sering saya lihat perdebatan terkait hal itu dimedia sosial. Para pendukung Ahok menolak hal itu dengan berbagai pemahaman. Sebagian mungkin berfikir seperti saya, semua sudah diatur dalam UU yang wajib dipatuhi oleh setiap warga negara. Sebagian lagi banyak juga yang mengatakan, jangan campur-adukkan agama dan politik atau jangan jualan agama dipolitik. Dan sebagian lagi mengatakan itu SARA.
"Jualan Isu Agama saat Pemilu Sudah Gak Laku....!
INI JAKARTA, BUNG !!!
Kami MUSLIM, Kami Dukung AHOK !!!"