Lihat ke Halaman Asli

Ketika Benjamin Ikut Terhipnotis Gangnam Style, Jowo Style pun Bergejolak

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Demam Gangnam Style memang telah menjamur di seluruh dunia. Tak peduli anak-anak, remaja, artis, bahkan hampir dari semua kalangan terhipnotis oleh Gangnam Style. Banyak pula negara-negara yang menjadikan Gangnam Style sebagai ajang perlombaan untuk ikut meramaikan demam Gangnam Style di negaranya.

"Gangnam Style" adalah sebuah singel K-pop tahun 2012 yang dinyanyikan oleh rapper asal Korea Selatan, Park Jae Sang, atau yang lebih dikenal PSY. Dengan tarian khas yang tersaji yaitu layaknya seseorang yang sedang menunggang kuda, "Gangnam Style" pun meledakdipasaran para pecinta musik khusunya K-Pop di seluruh penjuru dunia.Lagu ini pertama kali dirilis pada tanggal 15 Juli 2012 dan langsung memuncaki tangga lagu di Korea Selatan, Gaon Chart. Gangnam Style juga menjadi video K-pop yang paling banyak ditonton di Youtube dengan mencapai angka 404,084,838 views. Bukan satu hal yang asing tentunya ketika para remaja terutama, menirukan tarian Gangnam Style dengan lincahnya. Namun apa jadinya jika bayi berusia sepuluh bulanpun ikut terhipnotis kecanduan Gangnam Style?.

Benjamin, ya itulah namanya. Bayi berusia sepuluh bulan yang tinggal di London ini, sudah kecanduan Gangnam Style. Sang ayah yang bernama Andrew Tsai, sudah merasa frustasi dan jengkel akibat ulah Benjamin yang tak mau disuapi makanan. Ditengah rasa frustasi dan jengkelnya itupun, Andrew iseng memutar video Gangnam Style yang sedang hits di hadapan Benjamin ketika hendak makan. Alhasil, Benjaminpun mau untuk disuapi makanan. Sejak itulah, Andrew senantiasa memutar video Gangnam Style ini saat hendak menyuapi makanan untuknya. Dan sekarang, Benjaminpun mudah untuk makan dengan lahapnya.

Fakta ini kian menjadi bukti, betapa Gangnam Style telah menjadi virus yang menjangkit begitu kuat bagi seluruh pecinta K-pop. Korea, khususnya Korea Selatan, memang tengah mendulang sukses berkat budaya K-pop nya, seolah menjadi kiblat para pecinta style dunia masa kini, khususnya remaja. Mulai dari musik, film, tari, fashion, dan lainnya yang hampir mengenai seluruh elemen kehidupan masa kini dengan senantiasa menilik dari korean style. Dan seolah tanpa ada penolakan dari siapapun, Korean Style justru telah mengakar dalam benak para pecinta fashion di seluruh penjuru dunia untuk ditiru dan menjadi trend dunia dengan bangganya yang tanpa mereka sadari bahwa mereka telah menghilangkan identitas budaya mereka sendiri.

Meski publik, khususnya masyarakat dunia timur menganggap bahwa K-pop telah melunturkan nilai-nilai budaya negeri sendiri, namun kenyataan tidak serta merta bisa disimpulkan demikian. Jowo Style, kehadirannya telah menepis persepsi bahwa demam K-pop telah melunturkan warisan budaya sendiri yang dalam hal ini budaya Indonesia, khususnya budaya bahasa Jawa.

Ya, Jowo Style, grup parodi yang terdiri dari tiga orang dengan digawangi Awan Gunawan cs ini memang telah menjadi gebrakan yang mengubah persepsi masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Jawa yang kontra terhadap demam K-pop yang kian menwabah di Indonesia. Kehadiran grup parodi asal Jogjakarta ini memang seolah menjadi oase ditengah kekhawatiran akan budaya Indonesia khususnya budaya Jawa yang memang cukup kental dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Mereka khawatir K-pop yang kian menjamur akan membuat generasi muda sebagai penerus budaya bangsa akan semakin melupakan budayanya sendiri.

Tak dapat dipungkiri, globalisasi memang menjadi faktor utama kian lunturnya nilai - nilai budaya sebagai warisan leluhur bagi generasi muda sebagai penerus bangsa. Globalisasi yang menciptakan rona kebebasan informasi tanpa adanya lagi batas ruang dan waktu dimanapun, kapanpun, dan bagi siapapun, membuat segalanya begitu mudah merasuki jiwa-jiwa setiap insan diseluruh penjuru dunia. Hal inilah yang membuat budaya-budaya asing yang kadang tak sesuai dengan budaya negeri sendiri menjelma sebagai budaya baru bagi negerinya, meski terkadang bertentangan.

Namun setidaknya, dengan kehadiran Jowo Style ditengah gempuran demam K-pop khususnya demam Gangnam Style telah menjadi bukti bahwa budaya asing bukan untuk diikuti guna menghapuskan nilai – nilai budaya kita sendiri. Tetapi justru ini menjadi ajang dan wadah bagi kita kaum muda sebagai generasi penerus budaya bangsa untuk mengasah kreatifitas untuk memperkenalkan budaya kita ditengah gempuran budaya asing tersebut, misalnya dengan mengadaptasi (mengakulturasikan) budaya Indonesia dengan budaya asing seperti yang dilakukan oleh Awan Gunawan cs dengan Jowo Style-nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline