Lihat ke Halaman Asli

Perayaan Chit Ngiat Pan /Chiong Shi Ku - Sembahyang Rebut di Bangka

Diperbarui: 4 September 2017   22:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sembahyang Rebut - wsj.com Images

Setiap tanggal 15 bulan 7 penanggalan Imlek, yang dikenal dengan Chit Ngiat Pan (sembahyang pertengahan bulan ke tujuh Imlek ) atau Sembahyang Rebut ( Chiong Shi Ku ). Diyakini  oleh warga Tionghoa Bangka  pada saat tersebut pintu akhirat terbuka ( Khoi Kui  Mun).

Seluruh arwah akan turun ke bumi sejak permulaan bulan ke tujuh. Diantara arwah tersebut, ada yang bergentayangan dalam keadaan terlantar, sehingga mereka sangat membutuhkan persembahan makanan. Arwah yang terlantar ini karena tidak memiliki keturunan, meninggal tidak wajar, dan meninggal dalam kurun waktu lama ( generasi lanjut  tidak kenal dan tidak memberi persembahan ).

Budaya Tionghoa mengenal 3 sembahyang utama yakni sembahyang Ko Ngian ( Imlek ), Chin Min (Cheng Beng) dan  Chiong Si Ku (Rebut).

Beberapa tempat di Indonesia , mengenal  sembahyang Chiong Si Ku dengan Cioko. Umat Buddha menamai dengan perayaan Ulambana. Umat Khong Hu Cu dengan sembahyang Arwah Umum /Jing Hao Peng.  Ajaran Tao sebagai perayaan Tionggoan (- Zhong Yuan ). Sedangkan Yu Lan Hui ( Hari Arwah Tionghoa) di Serawak  dan Festival Hantu ( -Gui Jie) oleh masyarakat internasional.

Bulan ke tujuh penanggalan Imlek disebut dengan Bulan Hantu yang mana dipercayai selama kurun waktu setengah bulan, pintu akhirat terbuka, sehingga arwah berkeliaran di alam manusia. Kembali ke akhirat pada malam tanggal 15 penanggalan Imlek. Konon pada bulan ke tujuh, orang Tionghoa akan jarang sekali membuka usaha, pindah rumah dan resepsi pernikahan. Ditenggarai  memiliki potensi kurang baik dan ketidakberuntungan.

Thai Se Ja - koranbabel.com Images

Thai Tse Ja (Thai - yang paling Berkuasa; Tse - Orang Meninggal ; Ja - Raja ) adalah Raja Akhirat. Penampilan keadaan duduk, tangan kiri memegang buku dan tangan kanan memegang pena. Diyakini Thai Se Ja sedang mencatat arwah gentayangan di bumi. Patung ini bertempat di halaman Klenteng. Terdapat aneka persembahan seperti umbi-umbian, kacang, sayuran dan buah  di depan altar Thai Se Ja. Sajian sebagai hidangan bagi arwah sebelum kembali ke akhirat.

Persiapan perayaan  memerlukan waktu yang cukup lama dan biaya besar. Patung Thai Se Ja yang semakin besar dan tinggi,  perlambang kemakmuran lingkungan setempat. Patung terbuat dari kain atau kertas lima warna ( biru, hijau, merah, kuning dan jingga). Kerangka bambu, dengan pundak Thai Se Ja dipasang payung dan bendera perlindungan. Bendera tertulis " Lin atau Liang" berarti manjur.

Payung yang menghiasi pundak Thai Tse Ja dikenal dengan  "Payung Kramat" menjadi salah satu barang lelang. Dipercaya membawa kemakmuran dan pelindungan. Dana lelang masuk ke kas Klenteng.

Puncak sembahyang Rebut dibukanya kain atau kertas merah penutup mata patung. Ritual ini dikenal dengan Khoi Kong. Ada sebuah harapan akan kebaikan yang tercermin pada tulisan di dada Thai Tse  Ja yaitu Hap Ka ( Ham Cung) Phin On -  Kesejahteraan untuk seluruh warga masyarakat . Persembahan di altar Thai Tse Ja  akan diperebutkan oleh masyarakat. Setiap orang harus mendapatkan, walaupun hanya sebutir beras.

Ritual rebut diadakan pada tengah malam, jam 00.00 WIB. Setelah  aba-aba diberikan, maka masyarakat dapat berebut persembahan altar. Hal inilah yang membuat sembahyang ini dikenal dengan sembahyang Rebut.

Pada ritual ini terdapat keunikan, setiap peserta berusaha mendapatkan apapun. Dipercaya jika tidak memperoleh sesuatu, maka akan memperoleh kemalangan. Namun sebaliknya, jika memperoleh dalam jumlah yang banyak, akan memperoleh rezeki yang melimpah.  Makanan hidangan  arwah, dipandang lebih bernilai dibanding makanan biasa. Menurut kepercayaan, arwah akan pergi ketakutan melihat banyak orang yang agresif ketika berebut persembahan. Sehingga arwah akan cepat segera meninggalkan dunia manusia.

Dalam ritual rebut, selain mengambil persembahan, ada suatu benda unik yang menjadi daya tarik yaitu Fung Pu ( Kain Merah). Kain ini disembunyikan di antara persembahan. Ini melambangkan keberuntungan. Dapat dijual kembali dengan harga tinggi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline