Cara kerja jurnalistik telah berubah di era yang serba digital ini, mulai dari praktik, norma, dan organisasi hingga tujuannya. Riset yang dilakukan oleh Reuters Institute for Study of Journalism (RISJ) yang bekerja sama dengan Green Templeton College Future of Work Programme, menemukan bahwa perubahan-perubahan tersebut memberikan dampak yang signifikan terhadap tenaga kerja jurnalis, baik bagi mereka yang memilih untuk bekerja secara "tradisional", atau bagi mereka yang bekerja sebagai jurnalis lepas atau pengusaha dalam bidang jurnalistik.
Perubahan praktik jurnalisme
Jurnalisme, sebagai sebuah industri dan profesi, telah mengalami perubahan dan berdampak pada segala aspek. Sekarang, penerimaan tenaga kerja di bidang jurnalistik lebih fleksibel, tetapi semakin sulit karena calon pekerja dituntut untuk memiliki keahlian yang berbeda-beda disertai dengan resiko dan reward yang berbeda-beda pula.
Proses konvergensi, multi-skilling, penyatuan konten jurnalistik ke dalam jaringan digital, dan hubungan antara podusen dan konsumen, merupakan tantangan terbesar untuk jurnalisme pada saat ini. Konsultasi dan entrepreneurship menjadi bagian dari pekerjaan jurnalistik.
The work of journalists
Pekerjaan seorang jurnalis telah berubah. Banyak dari pekerjaan jurnalistik tidak mengandung unsur "berita", tetapi lebih ke pengolahan press release dan bentuk-bentuk lain dari produk public relations.
Identitas jurnalistik
Perubahan-perubahan dari pekerjaan jurnalistik tersebut juga mengubah identitas jurnalistik. Pertumbuhan self-employment menjadi lebih cepat sehingga membentuk sebuah gap atau jarak di antara jurnalis yang bekerja kepada perusahaan media dan jurnalis yang bekerja untuk dirinya sendiri. Hal tersebut kemudian mengaburkan identitas jurnalistik yang sesungguhnya.
Namun, perubahan identitas jurnalistik tersebut tidak terlepas dari pelayanan masyarakat, objektivitas, immediacy, dan autonomi.
Jurnalisme saat ini
Jurnalisme mengalami perubahan menjadi jurnalisme yang interaktif dengan audiens yang lebih aktif sebagai komentator, pengawas, bahkan pembuat konten.
Cara pengumpulan berita saat ini juga mengalami perubahan menjadi:
- Curative journalism, yaitu pengumpulan berita yang diperoleh dari sumber lain dan diolah dan dikumpulkan ke dalam satu tempat.
- Hyperlocalisation journalism, yaitu pelaporan berita dari daerah tertentu sehingga masyarakat juga dapat menulis berita. Hal tersebut biasanya dikenal sebagai citizen journalism.
Gaya penulisan berita juga mengalami perubahan, di antaranya:
- Jurnalisme opini, yaitu gaya penulisan subjektif terhadap suatu isu.
- Jurnalisme kolaborasi, penggabungan atau pengumpulan informasi oleh lebih dari satu orang dan disusun sehingga menghasilkan sebuah berita. Misalnya, dalam kasus Panama Papers.
- Jurnalisme sindikat, sebuah berita yang dipublikasikan dari sebuah agensi.
- Jurnalisme lapdog, yaitu jurnalis yang lebih mendukung pemerintah. Jenis jurnalisme ini bertentangan dengan tujuan awal jurnalisme, yaitu sebagai kritik pemerintah (watchdog journalism).
Smarter journalism
Dengan adanya perubahan di dalam dunia jurnalisme, terutama karena adanya Internet, muncul konten-konten yang telah disesuaikan dengan selera audiens. Misalnya Yahoo! dan Google, yang membuat halaman depan situs yang berbeda-beda, tergantung dari preferensi dan history dari orang yang menggunakannya.
Adanya personalized content tersebut mengaburkan batasan antara jurnalisme dan pelayanan masyarakat di masa depan. Misalnya, laporan lalu lintas, karena informasinya cepat dan cukup relevan.