Kegiatan ini juga menjadi program unggulan kelompok KKNT di bidang pendidikan dan pengembangan literasi. Program pustakawan cilik sendiri merupakan upaya pemberdayaan siswa sebagai administrator dan influencer untuk pengelolaan dan pengembangan perpustakaan sekolah.
Program pustakawan cilik dilatarbelakangi oleh terhentinya operasional harian perpustakaan sekolah selama ini. Dengan koleksi buku yang mencapai 5000 eksemplar, sangat sayang jika buku-buku hanya dibiarkan menumpuk di perpustakaan.
Padahal infrastruktur utama seperti ruang baca dan buku sudah sangat memadai. Ditengarai salah satu faktor penyebabnya adalah tidak adanya sumber daya manusia pustakawan. Alhasil, perpustakaan hanya dibiarkan terbengkalai begitu saja, tanpa operasional. Kasus serupa sebenarnya terjadi di hampir tiap sekolah dasar di Ponorogo.
Program pustakawan cilik dilakukan dengan tiga tahap pelakasanaan, yakni (1) pemilihan duta pustakawan cilik, (2) pelatihan dan pendampingan, serta (3) pemantauan. Pada tahap awal, sebanyak 7 siswa terpilih yang masing-masing berasal dari kelas 3, 4 dan 5. Mereka kemudian diberikan pelatihan dan pendampingan tentang tata cara mengelola perpustakaan. Mulai dari menata buku, mengelompokkan jenis buku, hingga mencatat sirkulasi buku.
Selanjutnya, mereka kemudian dibimbing bagaimana cara mengajak mengunjungi perpustakaan.Para siswa yang dilatih ini nantinya akan bertugas sebagai pustakawan cilik di sekolahnya. Mereka akan menjadi penggerak roda literasi di lingkungan sekolah, melalui gerakan membaca di perpustakaan. Selain itu, mereka juga mempunyai tanggung jawab untuk mengajak teman-temannya berkunjung dan membaca di perpustakaan.
"Senang bisa dipilih jadi duta pustakawan cilik, membantu meramaikan lagi perpustakaan sekolah," ungkap Jeva siswa kelas 5 yang terpilih menjadi Duta Pustakawan Cilik Sekolah. "Semoga teman-teman semakin gemar membaca di perpustakaan," imbuhnya.
Tak hanya pemilihan duta pustakawan cilik, dalam kesempatan yang sama, Ali Mustofa, S.Pd. selaku Kepala Sekolah bersama Tim KKNT STKIP PGRI Ponorogo juga melakukan peresmian kembali perpustakaan sekolah. Hal tersebut dilakukan sebagai awal beroperasinya kembali perpustakaan sekolah yang telah lama tutup.
"Saat kami datang ke perpustakaan ini, kami sangat prihatin dengan tidak terawatnya fasilitas perpustakaan ini, padahal buku-buku di perpustakaan sekolah sangat lengkap. Hal ini kemudian menjadi penyemangat lebih bagi kami untuk menghidupkan kembali nafas perpustakaan," jelas Adelya, salah satu Mahasiwa KKNT STKIP PGRI Ponorogo yang terjun langsung membenahi perpustakaan.
"Ya, ini kami seperti membuka perpustakaan baru. Karena mulai dari ruangan sendiri memerlukan sedikit renovasi. Namun, yang lebih penting adalah penataan administrasi buku yang berkisar lebih dari 5 ribu buku dan itu kami lakukan dalam waktu yang sangat singkat, kurang lebih 10 hari," imbuhnya.