Lihat ke Halaman Asli

Stevano

General Practitioner

Pita Hitam di Hari Kesehatan Nasional 2015

Diperbarui: 13 November 2015   18:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Pita Hitam Tanda Berkabung di HKN 2015 (sumber: ISMKI)"][/caption]"Indonesia Cinta Sehat" menjadi tema Hari Kesehatan Nasional (HKN) 2015 tahun ini. Tepat hari ini, kita kembali lagi merayakan sekaligus merefleksikan pencapaian prestasi bangsa Indonesia dari aspek kualitas kesehatan serta peran kita untuk kemajuan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Namun ada yang berbeda untuk HKN tahun ini. Seluruh dokter dan sejawat mahasiswa kedokteran se-Indonesia dengan rekomendasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) secara bersamaan membuat sebuah gerakan memakai pita hitam sebagai tanda berkabung.

Apa yang terjadi? Ternyata di momen Hari Kesehatan Nasional ini, seorang dokter gugur dalam menjalankan profesinya sebagai pengabdi masyarakat. 

Namanya adalah dr. Dionisius Giri Samudra, seorang dokter internship di Kota Dobo, Kepulauan Aru, Maluku. Andra, sapaan akrabnya dikabarkan meninggal hari Rabu (11/11) karena terserang pernyakit campak dengan komplikasi ensefalitis. Salah satu faktor pemberat dokter muda ini meninggal dikarenakan terbatasnya fasilitas kesehatan setempat serta sulitnya kondisi geografik yang tidak mendukung untuk dipindahkan ke pusat layanan kesehatan yang lebih layak. Berita ini cukup mengagetkan, karena kasus seperti ini kembali lagi terjadi dan menimpa praktisi medis yaitu dokter yang mengabdi untuk masyarakat pelosok.

[caption caption="dr. Dionisius Giri Samudra (sumber: www.merdeka.com)"]

[/caption]

Di tahun ini juga tepatnya di bulan Mei, seorang dokter bernama dr. Dhanny Elya Tangke juga gugur dalam tugasnya sebagai dokter internship di Papua. Dokter muda ini menderita malaria dan tidak tertolong karena faktor penyulit yang sama seperti dr. Andra, yaitu faktor fasilitas kesehatan yang belum memadai dan kondisi geografik yang sulit. Sedangkan seperti yang kita ketahui bersama, Papua merupakan salah satu daerah endemik Malaria di Indonesia. 

"Tidak bisa Anda mengatakan itu. Dijamin! Kita ada BPJS, dari kami Nusantara sehat kami memayungi sebelum berangkat kita tahu dan tidak mungkin kita lepas begitu saja," Kata Mentri Kesehatan ketika ditanya soal minimnya fasilitas kesehatan mengenai kasus ini seperti yang dilansir dalam detik.com

Respon Mentri Kesehatan Nila F. Moeloek mungkin dapat menyangkal hal ini, tapi kejadian berulang yang terjadi pada dr. Andra dan dr. Dhany di tahun yang sama harus menjadi pertimbangan kalau hal ini bisa saja bukan terjadi karena kebetulan dan bisa saja memang didasarkan atas fasilitas kesehatan juga. 

Sebagai seorang pelayan masyarakat, kondisi geografik dan beratnya tugas yang diemban memang tidak boleh disalahkan dalam kasus-kasus seperti ini. Namanya juga pengabdi masyarakat? Tentunya mereka akan mengerahkan setiap ilmu yang telah dipelajari untuk pengabdian mereka bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat dari segi kesehatan. Sayangnya di tengah-tengah niat yang besar ini, terdapat sebuah pedang yang siap menikam setiap pribadi-pribadi pengabdi masyarakat ini. Pedang-pedang ini bukan hanya membunuh secara fisik, tapi juga membunuh setiap hati yang mau menolong sesama. 

Sebagai praktisi medis, dokter memiliki resiko untuk terkena berbagai macam penyakit. Kenapa? Karena paparan yang terjadi secara terus menerus dalam lingkungan pekerjaan ataupun kelalaian yang terjadi seperti tertusuk jarum suntik dari pasien yang terjangkit infeksi berbahaya seperti HIV/AIDS tentunya menjadi hal yang bisa saja terjadi dalam menjalankan pekerjaannya.

Ditambah lagi resiko hukum yang siap mengancam siapa saja yang lengah akibat berbuat kelalaian ataupun hal-hal yang terjadi di luar kehendak dokter. Yah, memang dokter harus total dalam menjalankan tugasnya, mengingat apa yang dihadapinya adalah nyawa seorang manusia, tapi bukankah dokter juga manusia? Manusia yang juga berbuat salah, manusia yang juga kadang lalai, dan manusia yang hanya membantu penyembuhan bukan pemberi kesembuhan. 

Dengan kondisi seperti ini, profesi dokter sebenarnya adalah profesi yang menakutkan dan mencekam. Dalam menjalankan profesi, dokter harus siap untuk hal terburuk yang bisa saja menimpa fisik mereka atau berurusan dengan meja hukum. Jika hal ini terus menerus terjadi, maka profesi dokter hanya akan dibuka untuk mereka yang memiliki jiwa-jiwa yang besar untuk siap berkorban dan siap menerima apapun yang terjadi bagi diri mereka bagi pengabdian masyarakat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline