Lihat ke Halaman Asli

Vannesa Nurfadhila E.P

Saya adalah mahasiswa Universitas Airlangga program studi Fisioterapi

Tantangan dalam Menghadapi Era Society 5.0

Diperbarui: 24 Agustus 2022   18:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Revolusi industri 5.0 memiliki berbagai manfaat dan juga dampak negatif. Untuk mengurangi dampak negatif dan tetap mengoptimalkan manfaat dari revolusi industri 5.0, para ilmuwan di dunia yang dipelopori oleh ilmuwan Jepang, menawarkan konsep society 5.0. 

Society 5.0 adalah manusia  yang dapat menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di era Revolusi industri 4.0 dan berpusat di teknologi. 

Society 5.0 diperkenalkan oleh pemerintahan Jepang pada tahun 2019. Banyak tantangan dan perubahan yang harus dilakukan di era society 5.0 ini, terutama dalam bidang Pendidikan. Pendidikan berperan penting di dalam era society 5.0 karena perlu peningkatan kualitas SDM.

Peningkatan kualitas SDM memiliki dua prioritas, yang pertama proses pembelajaran dan pembuatan karakter mahasiswa di perguruan tinggi, dan yang kedua Pendidikan Indonesia harus merdeka dalam belajar dan guru dijadikan sebagai penggerak. 

Dari kedua prioritas tersebut, maka perguruan tinggi memiliki peran penting. Perguruan tinggi berperan dalam menghasilkan lulusann yang kompeten dan mampu menghadapi society 5.0. Proses pembelajaran yang diharapkan memiliki tiga komponen, yaitu kemampuan memcahkan suatu masalah yang kompleks, berpikir kritis, serta berkreativitas. Berpikir kritis merupakan poin penting dari ketiga komponen tersebut. 

Berpikir kritis sangat penting untuk keberhasilan akademis dan merujuk pada jenis keterampilan yang perlu dikuasai mahasiswa agar mereka dapat berpikir secara efektif dan rasional tentang apa yang ingin mereka lakukan dan apa yang mereka yakini. 

Menurut Forbes (2018), kemampuan berpikir kritis merupakan satu-satunya kemampuan yang tidak akan tergantikan oleh robot. Pemikir kritis dapat meningkatkan keterampilan intelektual yang fleksibel, memiliki kemampuan menganalisis informasi, dan mengintegrasi berbagai sumber pengetahuan untuk memecahkan masalah. 

Dalam menyiapkan SDM yang unggul, mahasiswa perlu dibekali keahlian 6 Literasi Dasar (literasi numerasi, literasi sains, literasi informasi, literasi finansial, literasi budaya dan kewarganegaraan). Tidak hanya literasi dasar namun juga memiliki kompetensi lainnya yaitu mampu berpikir kritis, bernalar, kretatif, berkomunikasi, kolaborasi serta memiliki kemampuan problem solving. 

Dan yang terpenting memiliki perilaku (karakter) yang mencerminkan profil pelajar pancasila  seperti rasa ingin tahu, inisiatif, kegigihan, mudah beradaptasi memiliki jiwa kepemimpinan, memiliki kepedulian sosial dan budaya.

Meskipun ada banyak tantangan dalam menghadapi era society 5.0, namun society 5.0 merupakan sebuah solusi yang akan membawa masyarakat menjadi lebih berdaya dalam pemanfaatan teknologi di era transformasi digital. Nantinya, konsep ini akan dapat memudahkan berbagai macam aktivitas manusia dalam beragam bidang. 

Sebagai mahasiswa, perlu adanya Langkah agar nantinya memiliki pola piker yang kritis. Hal itu dapat dimulai dengan terbiasa menanggapi setiap informasi dengan cermat dan logis.

#LaskarVokasi2022 #BanggaVokasi #VokasiUnair #Universitas Airlangga #369 #UnairHebat




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline