Jalan ini sempit
Dia hanya bisa mengantar kita pergi
Atau kembali
Tak bisa keduanya
Tapi orang-orang tak lagi berumah
Mereka tumpah
kesegala arah
Tanpa tanya
Tanpa tujuan
Seperti retakan
Jalan ini mencari ujungnya dengan menyusuri setiap kelokan dan turunan
Dan orang banyak ini hanya bisa bergerak maju tanpa tahu akan berakhir dimana
Bukankah jalan seharus mengantarkan kita pada sebuah ujung?
Tapi di kota ini jalan tidak pernah punya ujung
Akan selalu ada kelokan dan kelokan berikutnya
Seperti esok yang selalu datang
Walau penantian sudah tak tertahankan
Tak ada yang mati
Tak juga arak-arakan orang suci
Tapi jalan ini penuh dengan ratap
Juga harap yang berat
Tak mampu menguap
Menjadi doa
Sunyi turun
Seperti gelap
Tak ada lonceng
Tak ada nyanyian
Tak juga gaduh angin
Ketika dia menundukkan anak rambut di atas kepala
Seketika kita semua tak mengerti ruang
Tak ada batas
Bahkan tak ada yang bisa dilihat
Hanya duka yang membuat kita lelah
Aku ingin mencuri bulan mentah
dilangit sana
Mungkin bersamanya aku bisa lari
Ke sebuah kota yang tak seorangpun tahu
jalan menuju kesana
Dimana langit adalah langit
Akan selalu cerah
Dan luka pecah menjadi kepingan-kepingan
Lalu lapuk menjadi debu
Jalan ini sempit
Mengular panjang
Langkah-langkah seperti tak akan pernah sampai
Garis-garisnya hilang ditengah-tengah bebatuan
Tersesat dalam garis-garis peta yang kusut
Lenyap dibawah dinding yang berdiri tiba-tiba
Seperti alang-alang
Aku ingin mencuri bulan mentah
dilangit sana
Memendamnya didalam kepalaku
Suatu hari nanti dia akan tumbuh
Hingga kelangit
Dan terus hingga sesudahnya
Sampai mencapai
sebuah kota
Yang tak seorangpun tahu jalan menuju kesana
Dimana langit adalah langit
Akan selalu cerah
Dan luka pecah menjadi kepingan-kepingan
Lalu lapuk menjadi debu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H