Lihat ke Halaman Asli

Penampilan "Ndeso", Otak Internasional

Diperbarui: 14 November 2017   14:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Joko Widodo

Joko Widodo, seorang pria sederhana yang lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 21 Juni 1961 dan kini tengah menjabat sebagai Presiden ke-7 Indonesia sejak 20 Oktober 2014, pernah menimbulkan keraguan di hati para rakyat yang dipimpinnya. Bagaimana tidak, berawal dari cara "blusukan" dan penampilannya yang "krempeng", tentu membuat banyak orang tidak yakin akan kemampuannya untuk memimpin Negara Indonesia.

Hal tersebut diakui kebenarannya oleh Jokowi salah satunya, Ia menuturkan bahwa banyak pihak meremehkannya saat acara debat kandidat, terutama debat kandidat ketiga dengan tema 'Politik Luar Negeri dan Ketahanan Negara'. "Debat kemarin saya diejek. Katanya saya mau dibantai," ujar Jokowi di depan seribuan orang di pondok pesantren Mamba'ul Maarif di Jombang, Jawa Timur, Sabtu (28/6/2014) sore. "Tapi kenyataannya, setelah debat itu semua orang mengacungkan jempol. Berarti ya otak saya ini ya otak pinter," lanjut Jokowi.

Jokowi mengatakan bahwa dirinya bolehlah sombong sedikit. Pasalnya, banyak pihak yang tidak mengerti latar belakang dirinya selama ini sehingga banyak orang yang under estimatedirinya sebagai orang kampung. "Saya sudah 28 tahun urus ekspor impor. Itu urusan internasional. Jadi meskipun wajah 'ndeso' otak saya internasional," ujar Jokowi.        Tanya hanya lewat pemikirannya saja, kinerja Jokowi juga menghasilkan prestasi-prestasi "gila" yang telah diraihnya selama menjabat kurang lebih satu tahun terakhir ini, antara lain Indonesai masuk 16 besar negara berekonomi kuat, pembangunan MRT, LRT, tol laut, kilang minyak, dan masih banyak prestasi lainnya.

Kecerdasan dan buah kinerja yang dihasilkan oleh Jokowi selain karena kegigihannya untuk memajukan Indonesia, tidak lain juga karena terinspirasi dari orang-orang hebat disekitarnya, "Kita harus ingat pepatah yang saya kira sangat benar. Behind every great man, there is a great woman," ujar Jokowi. Namun, seperti yang kita ketahui, di Indonesia kepemimpinan oleh perempuan masih menjadi suatu pro dan kontra, yang mana sebagian penduduknya beragama muslim masih saja mempersoalkan halal dan haram bahwa perempuan sebagai pemimpin. 

Pada kabinet Indonesia Hebat sudah lebih baik dalam mengapresiasi peran perempuan hal tersebut dapat terlihat dengan adanya delapan menteri berjenis kelamin perempuan di kabinet Jokowi yaitu Rini Soemarno (Menteri Badan Usaha Milik Negara), Siti Nurbaya (Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup), Puan Maharani (Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan), Nila F Moeloek (Menteri Kesehatan), Khofifah Indar Parawansa (Menteri Sosial), Yohana Yembise (Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak), Retno LP Marsudi (Menteri Luar  Negeri), dan Susi Pudjiastuti (Menteri Kelautan dan Perikanan).

Diantara beberapa menteri yang mempunyai prestasi gemilang salah satunya Susi Pudjiastuti yang telah melakukan reformasi birokrasi di tubuh kementerian Kelautan dan Perikanan. Kepemimpinan Susi Pudjiastuti menghasilkan suatu pro dan kontra terhadap masyarakat dengan latar belakang lulusan SMP. Pada kenyataannya kinerja yang telah dilakukan oleh Menteri Susi diantaranya produktif dalam mengeluarkan kebijakan mengenai pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan, moratorium izin kapal asing menangkap ikan di Indonesia, larangan dalam menggunakan cantrang, larangan terhadap bongkar muat hasil tangkapan ikan di tengah laut, larangan menangkap lobster dan kepiting yang masih bertelur hingga pengeboman kapal asing yang mencuri ikan di perairan Indonesia.

Selain itu, prestasi lainnya juga dicetak oleh Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi yang menerbitkan deklarasi kesetaraan dan pemberdayaan ekonomi perempuan di Bali pada tahun 2016 serta terlibat dalam Troika diskusi pemberdayaan perempuan yang diikuti Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop serta Menteri Hubungan Kerjasama Internasional Afrika Selatan Nkosazana Dlamini-Zuma.

Dan tentunya, dukungan dari keluarga sangatlah penting, terlebih perhatian dan semangat dari Istri Jokowi, Ibu Iriana. Dirinya mengaku tidak pernah putus komunikasi apalagi mengenai jam makan. Selain itu, Ibu Iriana juga melakukan rapat koordinasi pertama dengan para istri menteri dan melakukan rapat penanggulangan kanker.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline