Lihat ke Halaman Asli

Vania Dwika

Universitas Jenderal Soedirman

Dampak Buruk Kebiasaan Merokok Sejak Dini terhadap Kesehatan Paru-Paru

Diperbarui: 29 November 2023   10:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Saat ini, Indonesia tengah berada di posisi ketiga sebagai konsumen tembakau tertinggi setelah China dan India. Konsumen tembakau di Indonesia didominasi oleh kalangan remaja. Menurut survey dari Global Youth Tobacco Survey (GYTS) pada tahun 2019, 19,2% pelajar, 35,6% anak laki-laki, dan 3,5% anak perempuan saat ini menggunakan produk tembakau.

Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Sedangkan, merokok adalah kegiatan membakar tembakau kemudian menghisap asapnya. Kebiasaan merokok pada usia remaja menjadi masalah yang sangat serius yang harus diperhatikan dan dilakukan upaya pencegahan perilaku merokok. Dalam sebatang rokok terkandung zat-zat berbahaya yang dapat memberikan dampak yang tentunya negatif bagi tubuh. Zat-zat tersebut antara lain, Karbon monoksida, Nikotin, Tar, Hidrogen Sianida, Benzena, Formaldehida, Arsenik, Kadmium, dan Amonia. Rokok memiliki bahaya yang cukup parah dan memiliki faktor resiko besar terhadap kematian yang ada di Indonesia, sayangnya banyak anak-anak maupun remaja dibawah umur menyalahgunakan hal tersebut dan menjadikannya kebiasaan, tentu saja jika hal tersebut dibiarkan akan menimbulkan efek jangka panjang dan berbagai penyakit yang akan muncul, mulai dari serangan stroke, serangan jantung, gangguan pada mata seperti katarak, kanker leher rahim dan keguguran pada wanita. Pentingnya pengawasan, pengetahuan, kepedulian dan peran orang tua dalam hal ini juga sangat dibutuhkan, karena keluarga merupakan orang-orang terdekat yang dijumpai setiap hari dengan harapan akan membawa pengaruh positif dan menjaga dari hal-hal buruk.

Laporan Kementerian Kesehatan RI pada konferensi pers Hari Tanpa Tembakau (HTT) Sedunia 2023, jumlah perokok di Indonesia meningkat pada periode 2013 hingga 2019, terutama pada usia anak dan remaja yaitu lebih dari 2%. Data lain dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022 menunjukkan bahwa Jawa Barat berada di urutan ke-12, sebagai salah satu provinsi dengan persentase tertinggi perokok berusia di atas/ sama dengan 15 tahun, yakni sebesar 32,07 %. Sedangkan menurut data BPS Depok tahun 2023, persentase perokok berusia di atas 15 tahun adalah 15,70 % pada 2022.

Remaja cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Hasil survei membuktikan bahwa siswa lebih memungkinkan untuk merokok dibandingkan usia dewasa karena remaja sangat rawan mendapatkan informasi yang salah, belum pandai memilah informasi, serta mudah terpengaruh teman sebayanya. Beberapa bahaya dan dampak merokok pada remaja antara lain mengganggu prestasi belajar, gangguan perkembangan paru-paru, mudah terinfeksi berbagai penyakit seperti meningitis, infeksi telinga tengah, pneumonia, bronkitis, asma, limfoma, leukimia, sulit sembuh bila sakit karena menurunnya imunitas tubuh, gangguan kulit dan plak gigi, tampak lebih tua dari usia sebenarnya dan kecanduan hingga perilaku negatif, agresif, dan suka menantang.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan anak merokok sejak dini, antara lain faktor psikologis yaitu perasaan stres, cemas, bosan, ingin tau, serta tidak jarang karena pengaruh teman sebayanya yang menekan anak untuk ikut merokok. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa reaksi emosi yang dirasa positif setelah merokok juga menjadi penyebab perilaku merokok pada remaja. Hal tersebut terjadi karena nikotin yang terkandung dalam tembakau merangsang otak untuk melepas zat yang memberi rasa nyaman ketika merokok.

Peran pengawasan orang tua yang memiliki anak dibawah umur agar terhindar dari bahaya kecanduan rokok. Orang tua merupakan garda terdepan dan guru pertama bagi seorang anak. Peran orang tua merupakan yang utama dalam melindungi anak dari segala pergaulan negatif yang ada, salah satunya melindungi anak dari kecanduan merokok. Beberapa peran orang tua yang dapat dilakukan antara lain yaitu menasehati anak tentang dampak negatif merokok, tidak merokok di depan anak dan tidak meminta anak untuk membelikan rokok.

Ada beberapa hal yang bisa diupayakan untuk mengatasi anak yang sudah terlanjur kecanduan merokok, diantaranya yaitu menjalin komunikasi yang baik dengan anak, memberikan contoh yang baik dengan tidak merokok, memperhatikan pergaulan anak, memberikan batasan yang konkret kepada anak atas pergaulannya, mengedukasi akan bahayanya merokok, dan mengaitkan rokok dengan hal finansial.

REFERENSI

Hasanah, H. (2014). Baby Smoker: Perilaku konsumsi rokok pada anak dan strategi dakwahnya. Sawwa: Jurnal Studi Gender, 9(2), 253-274.

Komasari, D., & Helmi, A. F. (2000). Faktor-faktor penyebab perilaku merokok pada remaja. Jurnal psikologi, 27(1), 37-47.

who.int (2020, 26 Mei). GLOBAL YOUTH TOBACCO SURVEY LEMBAR INFORMASI INDONESIA 2019. Diakses pada 22 November 2023, dari https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/indonesia-gyts-2019-factsheet-(ages-13-15)-(final)-indonesian-final.pdf?sfvrsn=b99e597b_2

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline