Lihat ke Halaman Asli

Vania Bintang

Mahasiswi S1 Bahasa dan Sastra Jepang Universitas Airlangga

No Pressure, No Insecure!

Diperbarui: 13 Juni 2024   00:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam kegiatan sehari-hari, baik disengaja atau tidak sering kali kita mendapat tekanan atas segala sesuatu yang sudah atau akan kita lakukan. Tekanan tersebut dapat berasal dari banyak hal, baik di lingkup akademik, keluarga, ataupun lingkungan sosial disekitar kita yang kemudian menimbulkan perasaan insecure atau ketidakamanan dalam diri individu saat menyikapi sesuatu.

Lalu, seberapa besar pengaruh pressure atau tekanan pada insecure yang dirasakan masing-masing individu?

Tekanan sejatinya bisa saja berasal dari ekspektasi, baik dari individu itu sendiri maupun dari orang lain. Dalam beberapa kasus, ekspektasi yang timbul ini membuat individu memberikan standar tertentu dalam pencapaian dihidupnya dan merasa gagal jika dalam eksekusinya ia tidak bisa melampaui atau memenuhi standar tersebut. Hal ini tentu akan memicu tumbuhnya rasa insecure pada diri individu, sehingga mereka seringkali menganggap dirinya tidak layak untuk apapun dan siapapun. Lantas, bagaimana cara mengurangi dan mencegah perasaan tidak layak dan rendah diri atas tekanan yang kita berikan atau orang lain lakukan kepada kita?

Salah satu cara untuk mengatasi rasa insecure pada diri kita adalah dengan mengurangi tekanan yang kita rasakan. Menurunkan ekspektasi pada hal-hal yang kita rencanakan, menerima hasil yang mungkin tidak sesuai dengan keinginan kita dan perlu untuk menelusuri lebih dalam penyebab dari tekanan tersebut agar kita tahu cara terbaik untuk mengatasinya. Selain itu, menerima segala kekurangan dan kelebihan yang telah di anugerahkan Tuhan kepada kita serta tidak menjadikan capaian orang lain sebagai standar yang menjadi acuan kita juga perlu untuk dilakukan. Bagaimanapun juga kita harus menjadi sosok yang realistis dalam menetapkan tujuan karena sejatinya kita memiliki jalan tujuan dan takdir yang berbeda-beda.

Dalam upaya mengurangi rasa tertekan dan insecure, kita juga memerlukan dukungan dari lingkungan sekitar. Support dari keluarga, teman, atau komunitas yang relevan dapat membantu kita menemukan perspektif baru dalam melihat segala sesuatu. Mengenali apa-apa yang kita sukai juga bisa menjadi salah satu tindakan yang efektif dalam upaya untuk mencintai diri sendiri demi mengurangi rasa insecure itu sendiri.

Pada akhirnya, "no pressure, no insecure" bukan berarti hidup tanpa tantangan, melainkan hidup dengan kesadaran dan penerimaan diri yang lebih baik. Dengan mengelola tekanan dan mengurangi rasa kurang yang ada pada diri sendiri, kita dapat mencapai kebahagiaan tanpa dipengaruhi ketidaknyamanan dari pihak lain. Karena sebaik-baiknya manusia dalam merencanakan sesuatu tetap Tuhan-lah sang pemilik rencana tersebut. Maka dari itu, ayo kurangi rasa insecure dengan mengenali dan peduli dengan diri sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline