Masalah yang terjadi dalam pendidikan Indonesia memang tidak ada habisnya. Masalah tersebut tentunya tidak hanya disebabkan oleh faktor pengajar, namun juga disebabkan oleh banyak faktor lain seperti sistem pendidikan, kualitas serta kuantitas SDM, ekonomi, dan masih banyak lagi. Salah satu masalah yang cukup menonjol saat ini ialah labilnya sistem pendidikan Indonesia. Hampir setiap pergantian menteri pendidikan, sistem pendidikan pun turut berganti, yang tentunya membuat murid bahkan para pengajar pun cukup kebingungan dengan sistem yang selalu berubah.
Belum meratanya sistem pemerintahan juga berdampak pada tidak meratanya sistem pendidikan di Indonesia, khususnya pada Indonesia wilayah Timur terlihat masih banyak peserta didik yang belum mendapatkan pengajaran yang seharusnya sehingga kemampuan belajar masih minim. Untuk mendapatkan mutu pendidikan yang baik, dibutuhkan banyak faktor yang perlu ditingkatkan seperti, tenaga kerja profesional, fasilitas yang mendukung, serta kurikulum yang jelas dan terarah. Tentunya hal tersebut membutuhkan adanya ketersediaan akses dalam bidang pendidikan oleh seluruh wilayah. Selain mutu pendidikan, efisiensi antara lulusan pelajar dengan lapangan pekerjaan yang tersedia sangatlah tidak setara. Ditambah dengan syarat pekerjaan yang sangat tinggi saat ini, sedangkan kurikulum pendidikan menengah belum memadai juga pengajar terkadang tidak mengajar sesuai dengan bidang yang mereka kuasai.
Indonesia dapat menggunakan teori belajar seperti di Singapura terutama yang berfokus pada cakupan kurikulum, transmisi pengetahuan faktual dan prosedural, serta mempersiapkan siswa untuk ujian akhir semester dan ujian nasional yang berisiko tinggi. Kurikulum sekolah dasar mencakup sepuluh bidang pelajaran, yakni bahasa Inggris, bahasa ibu, matematika, sains, seni, musik, pendidikan jasmani, studi sosial dan pendidikan karakter dan kewarganegaraan.
Kelas coding ditambahkan ke kurikulum pada tahun 2019. Sedangkan, pada 2021, Kementerian memperkenalkan kurikulum pendidikan karakter dan kewarganegaraan yang diperbarui dan fokus pada Kesehatan mental dan Kesehatan dunia maya. Pendidikan menengah bervariasi tergantung pada sekolah dan jenis program. Kementerian Pendidikan sangat terlibat dalam implementasi kurikulum dasar dan menengah.
Selain itu, guru melakukan penilaian terus menerus terhadap siswanya di semua jenjang pendidikan. Pada basis sehari-hari, penilaian ini bersifat informal dan didasarkan pada pekerjaan siswa di dalam dan luar kelas. Di akhir sekolah dasar, semua siswa mengikuti ujian sekolah atau biasa disebut PSLE dalam empat mata pelajaran, yakni Bahasa Inggris, Matematika, Sains dan Bahasa Ibu. Sedangkan di tingkat menengah, siswa mengikuti ujian berbasis mata pelajaran, tergantung pada band mereka. Siswa yang ingin belajar di universitas mengambil ujian A-level setelah dua tahun studi tambahan.
Teori belajar humanistik, teori ini juga dapat diterapkan pada sistem pendidikan Indonesia yang kerap kali berganti sistem atau adanya perbaikan kurikulum terutama pada kurikulum 2013 yang sudah direvisi pada tahun 2017, 2018, 2020, 2021, dan 2022. Meskipun kurikulum tidak berubah drastis namun tetap ada sedikit perubahan yang mengharuskan siswa beradaptasi. Teori humanistik menekankan pada pentingnya proses belajar dibanding hasil. Teori ini memiliki konsep memanusiakan manusia sehingga mampu memahami diri dan lingkungannya.
Teori ini mengatakan bahwa motivasi belajar dan kontrol terhadap hasil belajar terletak pada individu. Dengan penggunaan teori ini pada sistem pembelajaran, mampu menekankan pada siswa bahwa yang terpenting adalah proses belajar, sehingga siswa mampu memahami dirinya dan mampu beradaptasi dengan kurikulum yang terus mengalami perbaikan.
Menurut kami, teori belajar di Singapura yang telah terbukti menjadikan Singapura menjabat peringkat 1 dalam mutu pendidikan dapat kita coba terapkan dalam sistem pendidikan Indonesia. Tentunya teori tersebut tidak hanya kita terapkan begitu saja, namun tetap harus disaring untuk menyesuaikan dengan ideologi dan budaya Indonesia.
Di Indonesia, sejak pendidikan usia dini sudah menekankan pada membaca, menulis, dan berhitung. Sedangkan di Singapura lebih menekankan kepada eksplorasi serta bermain dengan teman mereka. Menurut kami, memang seharusnya di pendidikan usia dini siswa dibebaskan untuk mengeksplorasi berbagai hal tentunya dengan pengawasan orang dewasa.
Kemajuan Singapura didukung oleh banyak faktor. Diantaranya adalah adanya fasilitas yang memadai, contohnya adalah pada setiap sekolah di Singapura memiliki akses internet bebas, juga memiliki web sekolah yang berguna untuk menghubungkan siswa, guru, dan orang tua. Fasilitas lainnya yaitu tersedianya sistem transportasi yang memiliki akses ke semua sekolah di Singapura yang memudahkan siswa untuk menuju ke sekolahnya. Di Singapura biaya pendidikan disesuaikan dengan kemampuan rakyat, ditambah dengan beasiswa bagi rakyat yang kurang beruntung.