Lihat ke Halaman Asli

Stevani Kurnia Sari

Mahasiswa UKRIDA

Agama sebagai Justifikasi

Diperbarui: 31 Oktober 2021   23:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Siapa yang kerap mendengar kata "Nanti Tuhan marah lohh"? Kalimat ini kerap dikeluarkan oleh para orang tua kepada anaknya supaya mereka tidak melaksanakan perbuatan yang tidak baik. Sebab dalam agama tidak sempat diajarkan buat melaksanakan perihal yang tidak baik semacam kekerasan. Tetapi banyak sekali yang memakai kekerasan atas nama agama.

Agama merupakan ajaran ataupun guide yang membagikan keyakinan serta peribadatan terhadap Tuhan. Seluruh agama dipercayakan serta dihormati buat melindungi serta memanusiakan manusia. Bukan buat dijadikan alibi mengawali serta mengakhiri konflik.

Jaman dahulu, kebajikan agama dari orangtua ataupun guru selaku mediator kebajikan agama sehingga bila terdapat perkara kanak- kanak serta pemuda memiliki tempat bertanya. Tetapi saat ini, agama banyak disalahgunakan. Penyalahgunaan agama kerap terpaut dengan kepentingan politik, ekonomi, serta kontestasi lain di antara kelompok warga ataupun komunitas berbeda.

Belum lama ini banyak terjalin "kekerasan" ras, mental, serta raga di sosial media. Mirisnya, banyak pemuda pemudi tercantum kanak- kanak di dasar usia menyangka perihal ini selaku candaan serta menormalisasikan aksi kurang baik ini. Agama tidak sempat mengarahkan umatnya buat melaksanakan perihal tidak senonoh ini, melainkan agama mengarahkan kita, para umatnya bisa menghargai serta menghormati perbandingan dalam ras serta keyakinan. Tampaknya, banyak yang orang mengampanyekan kekerasan serta kebencian atas nama agama yang dimana sama sekali tidak cocok dengan nilai- nilai agama yang dilansir dari ayat kitab suci serta sumber agama yang lain.

Sumber agama semacam kitab suci digunakan selaku fondasi agama yang multitafsir. Terdapat 2 karakteristik pemeluk agama, yang awal mengambil sisi keras agama serta yang kedua mengambil sisi agama yang lembut serta welas kasih. Perihal ini dipengaruhi oleh aspek area serta uraian mereka. Mereka hendak memandang sebelah mata agama bila area mereka kerap melaksanakan kekerasan atas nama agama serta pula kebalikannya.

Hingga dari itu, diharapkan para umat buat tidak melaksanakan kekerasan sebab awal, aksi tersebut merupakan perilaku yang salah serta melanggar nilai agama. Kedua, hendak membuat generasi penerus bangsa "rusak" bila agama dihiasi dengan kekerasan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline